Dear friends...
Akhirnya, setelah menidurkan dua bidadari kecilku, aku bisa kembali membuka laptop dan melanjutkan cerita yang sempat tertunda. Following my story on part 1 about my journey to UK, now I am going to share the detail of this journey.
Aku terbang dengan Garuda dari Jogja tanggal 10 January 2014 pukul 20.25. Begitu sampai di Soekarno Hatta Airport, aku langsung menuju terminal 2 di lantai 2 untuk international departure. Penerbanganku dari Jakarta ke Doha dengan Qatar Airways, take off tanggal 11 January 2014 pukul 00.25 WIB, jadi aku punya cukup waktu untuk melalui serangkaian pemeriksaan. Lebih baik bagi kita yang akan bepergiaan ke luar negeri, usahakan sampai bandara 2 jam sebelumnya. Kita akan cukup waktu untuk antre check-in, antri di bagian imigrasi, pemeriksaan barang bawaan dimana ikat pinggang dan sepatu tidak luput untuk kita lepaskan. Jadi pastikan pakai celana yang kancingnya ok, kalau nggak waktu ikat pinggang dilepas bisa panjang urusannya, hehehe. Selain itu, kita tidak diperbolehkan juga membawa air mineral yang cukup banyak ke pesawat, tapi santai saja air minum banyak tersedia.
|
Qatar Airways |
|
Qatar Airways Ticket
|
|
Suasana kabin Qatar Airways |
Akhirnya sampai juga di ruang tunggu. Aku amati sekeliling, banyak juga orang Indonesia yang mau ke Doha. Rata-rata mereka adalah pasangan yang ingin berangkat umroh, maklum Doha adalah salah satu pintu strategis menuju Saudi Arabia selain Dubai. Panggilan untuk masuk pesawat Qatar Airways terdengar juga. Pesawat yang aku naiki adalah pesawat tipe Boeing 777 dengan kapasitas 300 an orang. Karena aku check-in agak awal, jadi dapat tempat duduk bagian belakang. Fasilitas dalam pesawatnya lumayan nyaman, mulai dari tempat duduk yang cukup lebar dibandingkan tempat duduk pesawat lokal, perlengkapan bersih diri, dan entertainment yang berisi puluhan movie dan video biar kita nggak bosan di pesawat. Soal makan, jangan khawatir. Selama penerbangan 8 jam dari Jakarta ke Doha kita mendapatkan makan 2 kali, 3 jam selepas take off dan 2 jam sebelum landing. Jam 5 waktu Doha akhirnya pesawat landing juga. Waktunya buat transit. Uniknya di Hamad International Airport Doha adalah setiap orang turun diterminal sesuai dengan warna tiket yang dipegang. Tiket Warna biru untuk orang yang turun di Doha sebagai final destination, warna kuning untuk yang transfer penerbangan berikutnya, dan hijau untuk yang satelite transfer. Dan jangan sampai salah turun, bisa repot nantinya, karena antar terminal jaraknya cukup jauh dan tidak bisa sembarangan jalan kaki, hehe. Begitu masuk terminal kita harus antre untuk pemeriksaan kembali sebelum terbang. Ada baiknya pasport selalu kita simpan di tempat yang mudah untuk setiap saat kita ambil agar tidak merepotkan diri sendiri. Dan satu hal juga yang unik di bandara Doha, karena banyaknya orang Indonesia pada mau umroh dan kerja di Doha, bahasa Jawa plus bumbu khas Banyumas juga banyak terdengar.
|
Shalat Shubuh di Hamad International Airport, Doha |
|
Setengah perjalanan lagi |
Selama transit 2 jam aku gunakan untuk sholat shubuh berjamaah dan istirahat sejenak, lanjut untuk segera antre check-in untuk pesawat dari Doha ke Manchester sesuai no Gate nya, kalau kebingungan lebih baik nanya daripada tersesat. Pas pengecekan tiket dan visa, mbk-mbk staff Qatar Airways berkali-kali lihat foto dan wajahku, dan kemudian berkata, "Sir, you have long hair now". Aku jawab saja "Nggih mbk, rambut kulo niki model 2014, sesuai permintaan istri". Dia kemudian mengangguk-angguk dan tersenyum, tetapi aku pastiin dia nggak ngerti opo kui artine. Selanjutnya aku menunggu bus yang akan membawaku ke pesawat, aku bertemu dan ngobrol dengan orang Indonesia. Sebut saja namanya Dzaka, dia adalah mahasiswa S1 semester 6 di Leicester University. Orang asli Bintaro yang ramah, dan ternyata selama di pesawat kami duduk bersebelahan. Asyik ngobrol soal UK dan lain-lainnya, perjalanan jadi lebih tidak terasa lama. Dan akhirnya setelah 7 jam terbang, benua biru Eropa pun mulai terlihat. Bentangan salju putih terlihat dari pesawat menutupi sebagian besar gunung-gunung dan indahnya pemandangan daratan Eropa pun membuat mata tak kunjung berpindah tempat.
|
Welcome to UK land |
|
UK from above
|
Tepat pukul 01.00 pm waktu UK akhirnya sampai juga di Manchester Airport. Matahari begitu tampak terik, tapi jangan salah begitu keluar dari bandara, udara dingin langsung menusuk tulang, 7°C di siang hari ketika matahari masih nongol. Aku kenakan scraft dan gloves, sambil menunggu Dzaka yang sedang mengambil uang di ATM. Oh iya, bagi kita pemegang kartu debit yang ada loga Visa dan sejenisnya bisa mengambil uang dengan charge Rp 20,000 per sekali ambil. Aku dan Dzaka selanjutnya menuju ke train station yang lokasinya berada di bandara Manchester untuk naik kereta menuju Piccadillly Station yang merupakan main train station di Manchester. Biaya perjalanan dari Manhcester Airport Station ke Manchester Piccadilly membutuhkan waktu 15 menit dengan biaya £ 4.10. Keretanya Indonesia tidak kalah deh, cuma disana lebih bersih, lebih tertib dan lebih aman. Kami berdua sampai juga di Piccadilly Station, dari kejauhan tampak megah stadium kebanggaan Manchester City, Etihad Stadium yang hanya berjarak 1,6 miles dari Piccadilly Stadium. Sesampainya di Piccadilly Station, aku dan Dzaka berpisah. Dia akan langsung menuju Leicester sementara aku tetap di Manchester sambil menunggu kereta malam yang akan membawaku ke Southampton. Perjalanan dari Machester ke Southamton bisa ditempuh dengan pesawat juga, tetapi hanya ada satu kali penerbangan di pagi hari jam 8, sehingga aku harus tetap memakai kereta.
|
Dinner dulu, lapar habis berkeliling |
|
Sangat membantu bagi kita yang ingin City Tour dahulu |
|
Ongkos nitipin barang |
Perjalanan dengan kereta begitu nyaman melewati berbagai kota mulai dari Sheffield, Nottingham, Derby, Birmingham, Oxford, dan Reading. Malam itu, aku benar-benar membelas Inggris dari tengah hingga selatan. Ada sedikit insiden kecil yang tidak boleh kita contoh. Segerombolan anak muda yang menghabiskan malam minggunya sambil membawa botol yang aku duga berisi alkohol ikut naik dikereta dan membuat onar dengan berteriak-teriak dan menggedor-gedor pintu gerbong. Kegiatan tersebut langsung direspon oleh petugas kereta yang kemudian mengecek tiket mereka. Ternyata masing-masing cowok berumur 20 an tersebut tidak membeli tiket kereta dan sempat bersitegang dengan petugas. Akhirnya mereka mau juga membayar tiket kepada petugas. Oh iya, semua transaksi di UK pasti diberikan bukti pembayaran, termasuk di dalam kereta, petugas kereta membawa semacam pencetak tiket portable sehingga setelah pembayaran dilakukan orang-orang tersebut diberikan tiketnya. Ada-ada saja ya, semoga di negara kita yang masih menjunjung sopan santun tidak terjadi seperti itu, atau jangan-jangan juga sama???
And finally, Setelah 4 jam perjalanan di atas kereta sampai juga aku di Southampton Airport Station. Begitu turun dari kereta, udah dingin benar-benar menusuk tulang, aku perkirakan suhunya dibawah 4°C. Aku lihat jam tanganku, ternyata sudah pukul 00.30 am, oh, pantas sedingin ini, kicauannku dalam hati. Beruntung aku segera mendapatkan taksi yang membawaku ke hotel Best Western Chilworth Manor Hotel. Lokasinya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit dengan taksi. Setelah check-in, masuklah aku ke kamar 206. Hotelnya memang spesial, terlihat anggun dengan desain "kuno" dan lokasinya di tengah taman yang begitu luas serta dalam kamar alhamdulillah tersedia heater sebagai obat dari rasa dinginku di malam itu. Akupun mengkhiri perjalananku dengan selamat. Aku bergegas istirahat untuk menyambut datangnya esok hari, dimana Robb dan Sarah akan mengajaku berkeliling kota London. So, sementara saya di sini dulu guys, kita lanjutkan di edisi Journey to UK part 3 untuk share pengalaman “blusukan” di London.
|
Best Western Chilworth Manor Hotel
|
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus