Selepas shalat
shubuh di masjid dan pamitan dengan istri beserta anak-anak, akupun bergegas
menuju bandara Adisucipto. Hari ini ada pekerjaan untuk menilai penerapan Wood Control System di salah satu
industri perkayuan terbesar di Gresik. Di ruang tunggu bandara, tampak dari
kejauhan sosok yang tidak asing. Dia terlihat sedang asik bercakap-cakap dengan
orang yang duduk di sampingnya. Tampak senyum lebar dan keramahan yang dibalut setelan
kemeja biru muda yang serasi dengan celana panjang biru tuanya. Dan tidak ketinggalan kacamata serta sepatu
kets hitam dengan sol putih yang identik dengannya.
Surabaya, 8 Oktober 2015.
Tak lama
kemudian, terdengarlah panggilan boarding untuk penerbangan tujuan Surabaya.
Aku lihat dia mulai berdiri dan beranjak dari tempat duduknya menuju Gate 1. Ternyata kami satu rute
penerbangan ke Surabaya. Aku berdiri tepat di depan gate untuk mengucapkan salam dan membuka obrolan, “Apa kesibukannya
selepas tidak menjadi pejabat Pak? “Menanam kaliandra merah Mas”, balasnya dengan
penuh semangat. Tanaman kaliandra merah terdengar tidak asing bagiku dan akupun
memberikan beberapa komentar singkat mengenai tanaman tersebut.
Selepas melewati gate, aku bertanya singkat, “Bapak duduk
di kursi mana?”. “1 C Mas, padahal saya lebih suka duduk di belakang” ,
ungkapnya. “Kalau saya 9 C Pak”, balasku. “Ok, kita masuk yang terakhir saja ke
pesawat dan duduk bareng di bangku belakang”, ajaknya. Akupun berpikir, mungkin
Bapak ini ingin mengobrol lebih lanjut mengenai kaliandra merah.
Kami pun akhirnya
duduk bersama dan obrolan renyah semakin mengalir ramah apalagi kalau bukan
mengenai kaliandra merah. Bagi yang belum familiar dengan tanaman ini,
kaliandra merah (Calliandra calothyrsus) merupakan bagian dari familia Leguminosea dan sub familia Mimosaceae yang berbentuk perdu (semak) dengan ciri batang berkayu
dan bertajuk lebat. Tanaman ini banyak ditemukan di Jawa dan dimanfaatkan
daunnya sebagai hijauan pakan ternak.
Dan temanku
ngobrol pagi itu, Pak Dahlan, begitu aku memanggilnya, saat in sedang banyak
menanam kaliandra merah di beberapa lokasi terpencil di Indonesia.
Lokasi-lokasi tersebut antara lain, Kabupaten Kepulauan Meranti Riau, Ambalut
Kaltim, Tambora NTB, Enggano Bengkulu, Bolang Mangodow Sulawesi, Obi Maluku,
Singkep Riau, dan beberapa lokasi lainnya yang total luasnya mencapai ribuan hektar.
Ketertarikannya
menanam kaliandra merah didasari semangat untuk mengalirkan listrik di
daerah-daerah terpencil dengan berbasis kemandirian masyarakat lokal.
Masyarakat diajak bergerak bersama untuk menciptakan sebuah perubahan melalui
kegiatan Sosiopreneur Demi Indonesia (SDI) yang digagas oleh Pak Dahlan awal
tahun 2015. “Semangat saya sederhana, saya ingin melihat daerah-daerah terpencil
di Indonesia bisa menikmati listrik seperti layaknya kita yang ada di Jawa.
Mereka tidak perlu menggantungkan sumber bahan baku fosil untuk menghidupkan
genset di kampung-kampung. Dan harapannya kegiatan sosial yang dikelola secara entrepreneur
mampu menjadi salah satu solusinya”, ungkap mantan Dirut PLN.
Kecintaannya pada
dunia energi dan kelistrikan yang ia perlihatkan ketika menjadi orang nomor
satu di PLN, kini pun tampak pada usahanya membangun kemandirian energi listrik
berbasis biomassa dari tanaman kaliandra merah. Tanaman ini sengaja dipilih
oleh Pak Dahlan karena memiliki kandungan energi yang cukup tinggi. Berdasarkan
penelitian yang ada, energi yang dihasilkan tanaman kaliandara merah mencapai
4,700 Kkal/kg dan arangnya mampu menghasilkan energi 7,200 Kkal/kg. Energi
tersebut tidak kalah dengan hasil pembakaran batu bara yang berkisar
3,700-5,000 Kkal/kg. Lebih lanjut, menurutnya kaliandra merah seluas 200 Ha akan
mampu menghasilkan energi listrik sebesar 2 MW.
Sebagai tanaman energi, kaliandra merah sudah bisa
dipanen mulai umur satu tahun selepas penanaman. Dan akan tetap bisa dipanen
hingga usia 20 tahun tanpa menanamnya kembali.
Selain karena hasil energinya, tanaman kaliandra sengaja dipilih oleh Mantan Mantan Menteri BUMN tersebut karena memiliki sifat yang mudah tumbuh di berbagai tempat baik dataran rendah maupun tinggi. Kemapuan akarnya yang bagus dalam mengikat Nitrogen menjadikannya tanaman dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi meskipun dengan kondisi tanah miskin unsur hara, seperti lahan bekas pertambangan atau lahan marginal lainnya.
Selain karena hasil energinya, tanaman kaliandra sengaja dipilih oleh Mantan Mantan Menteri BUMN tersebut karena memiliki sifat yang mudah tumbuh di berbagai tempat baik dataran rendah maupun tinggi. Kemapuan akarnya yang bagus dalam mengikat Nitrogen menjadikannya tanaman dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi meskipun dengan kondisi tanah miskin unsur hara, seperti lahan bekas pertambangan atau lahan marginal lainnya.
Tanaman ini juga tidak memerlukan perlakuan yang khusus dan
sulit baik pada saat pembenihan, penanaman dan pemeliharannya. Lebih lanjut, tanaman
berbunga merah indah ini juga memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan bagi
masyarakat. Bunga kaliandra merah merupakan salah satu sumber nektar favorit
lebah madu. Masyarakat yang menanam kaliandra merah juga dapat beternak lebah madu.
Hasilnya berupa madu kalindra, biasa kita menyebutnya, harganya sudah cukup tinggi
di pasaran. Saat ini harga madu kaliandra bisa mencapai Rp. 120,000 per
botolnya nya. Dengan demikian, akan tercipta suatu multiple benefit dari menanam kaliandra merah. Selain tujuan
utamanya sebagai kayu energi, keberadaannya akan menyuburkan tanah dan memberikan
tambahan penghasilan bagi masyarakat dari manisnya madu kaliandra.
Usaha yang saat ini digeluti Dahlan Iskan juga tidak
semua berjalan semulus yang direncanakan. Memang setiap pekerjaan besar, pasti
ada tantangan besar yang menghadang. Dia sempat mengalami kegagalan dalam
penanaman Kaliandra Merah di Tambora karena beberapa kendala, tetapi hal itu
tidak membuatnya patah arang dan berhenti untuk terus mencoba. Gagasan besar
akan terwujudnya kemandirian energi bersumber dari kaliandra merah dilakukannya
secara mandiri. Ketika saya tanyakan, mengapa tidak mengajak para investor besar
untuk bekerjasama? "Sebenarnya sudah banyak para investor yang tertarik
bekerjsama untuk menjadikannya bisnis profit yang berskala besar. Tetapi saya
ingin ini tetap menjadi sosiopreneur
dan saya ingin membuktikan terlebih dahulu bahwa usaha mandiri ini benar-benar
berhasil" tegasnya.
Karena aku pernah memiliki sedikit pengalaman terkait
kayu energi, aku sampaikan bahwa ada jenis tanaman selain kaliandra merah yang
bisa digunakan untuk sumber energi. Tanaman ini banyak tumbuh di kawasan lereng
Gunung Merapi dan termasuk salah satu jenis tanaman perintis. Ketika erupsi
Gunung Merapi 2010, tanaman jenis ini sempat habis terbakar, tetapi selang
beberapa bulan, datangnya musim hujan memberikan berkah pada tanaman ini untuk
muncul kembali dan tumbuh dengan lebih subur. Masyarakat di sekitar Gunung
Merapi banyak memanfaatkannya sebagai bahan baku arang. Kualitas arangnya cukup
baik sehingga banyak pengusahan gudeg di
Jogja memanfaaatkannya sebagai bahan bakar. Pak Dahlan terlihat tertarik dengan
jenis tanaman ini. Aku sampaikan, “Silahkan kapan Bapak ada waktu ke Jogja lagi
saya antar melihat tanamannya dan proses pembuatan arangnya”, ajakku. "Ok
Mas Anton, no HP nya berapa ya biar saya simpan", balasnya sambil mengeluarkan
Hp dari tas di bawah kursi pesawat.
Tidak lama kemudian terdengan suara pilot yang
menginformasikan bahwa pesawat bersiap untuk mendarat. Kamipun turun dari
pesawat dan tetap masih asyik mengobrol. Pak Dahlan tampak sangat welcome dan bersikap hangat terhadap semua
orang yang ditemuinya. Bahkan ada kejadian unik yang aku amati ketika kami naik
bus transit selepas turun dari pesawat menuju terminal. Ada salah satu
penumpang yang berdiri di dekat Pak Dahlan. Karena tidak mendapatkan pegangan
ketika bus sudah mulai berjalan, dengan ramah Pak Dahlan menawarkan orang tersebut
untuk berpegangan pada tangannya. Dan akhirnya mulai dari bus berjalan hingga
berhenti di terminal kedatangan, orang tersebut terus menggandeng tangan Pak
Dahlan.
Kiriman foto dari Pak Dahlan Iskan |
Tidak hanya itu, beberapa kali para penumpang dan petugas
bandara juga mengajaknya untuk berfoto bersama. Dan sepanjang perjalanan higga
pintu keluar banyak orang yang menyapanya dengan senyum lebar dan rasa hormat.
Kamipun bersiap untuk berpisah, sambil berjabat tangan aku sampaikan, "Pak
Dahlan, inilah perbedaan antara pejabat dan orang besar. Seorang pejabat
mungkin tidak lagi dihormati dan disanjung selepas jabatannya hilang. Akan tetapi
orang besar seperti Bapak, akan selamanya dihormati!”
Dan akhirnya kamipun berpisah, tidak lama kemudian HP ku
berbunyi, ada SMS masuk dan ternyata dari Pak Dahlan. Berselang sebentar, masuk
juga kiriman gambar di WA dari Pak Dahlan berupa foto selfie bersama hasil jepretan kameranya.
SMS dari Pak Dahlan Iskan |
Itulah Pak Dahlan Iskan, yang tidak pernah berhenti untuk
“berulah” demi cita-citanya untuk menghadirkan cahaya penghapus kegelapan.
Mantep mas anton :)
BalasHapusGuru bangsa... :)
BalasHapusSo sweet banget๐๐๐
BalasHapusMantap mas.
BalasHapussalam kenal, adike sampean di angkatan 7 orang dorm :D
lanjutkan bapak ..
BalasHapusTerimakasih untuk comment kawan2 semua, semoga bisa menjadi salah satu bahan bacaan yg fresh dan positive.
BalasHapusMimpi Pak Dahlan sama seperti mimpi saya, mas :) Tapi saya hanya baru bisa mengonsepnya dalam karya tulis :)
BalasHapusDian, "mimpi adalah kunci unt menaklukkan dunia", begitulah awal dr sebuah pencapaian di masa depan. Tetap lanjutakan dan bersemangatlah...
BalasHapusmas ijin mem-post tulisannya di mading kampus mas...
BalasHapus