Manusia yang hidup saat ini tidak lepas
dari warisan pengetahuan, pengalaman dan ide dari generasi manusia sebelumnya.
Warisan tersebut salah satunya berbentuk karya tulisan yang dengan detail
menggambarkan kehidupan manusia generasi sebelumnya. Ya, karya berbentuk
tulisan dinilai cukup langgeng untuk membungkus warisan tersebut. Berbagai
tulisan dari penulis ternama lintas generasi berabad-abad lalu masih bisa kita
nikmati karena kekuatan penyampaiannya melalui tulisan.
Generasi manusia saat ini pun aku kira
harus sebanyak mungkin meninggalkan warisan berbentuk tulisan agar generasi
setelah kita bisa banyak belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik. Tugas
menjaga warisan pengalaman dan pengetahuan bukanlah menjadi tugas para penulis
ternama semata. Kita pun sebagai orang yang sama sekali tidak berprofesi
sebagai penulis hendaknya juga melakukan hal yang sama. Menuliskan setiap
lembar pengalaman hidup dan bisa menjadi pelajaran atau setidaknya
informasi yang berguna.
Hanya saja, setiap orang mungkin lebih mudah
berbicara daripada menulis. Dan itupun terjadi denganku. Aku lebih suka
berbicara dan berdiskusi dengan keluarga maupun teman untuk berbagai topik,
mulai dari topic yang seringan kerupuk hingga seberat batu. Tetapi kembali
lagi, butuh niatan yang kuat untuk mengubah hasil obrolan tersebut menjadi
sebuah tulisan. Apalagi, aku bukan tipe orang yang terbiasa menggoreskan setiap
kegundahan hati di buku “diary” seperti sebagian teman-teman lainnya. Alhasil
dibutuhkan sebuah niat dan konsistensi untuk mewujudkannya.
Sebuah media “blog” yang aku pilih untuk
menampung pengalaman dan ide aku ternyata sudah lama tak tersentuh. Dan
untungnya tidak ada “expired”dalam blogspot ketika lama tidak dibuka. Dan hari
ini aku menyempatkan, dan sebaikanya memang menyempatkan, buka menunggu waktu
luang untuk kembali menulis.
Aku menyempatkan membawa si orange (panggilan
laptop kesayanganku) ketika mengantar anak-anak cewekku (Chayara (4 tahun) dan
Aisy (2,5 tahun) sekolah di TK dekat rumah. Kebetulan TK nya bersampingan
dengan masjid, jadi aku bisa memanfaatkannya untuk menulis tulisan ini. Hari
Sabtu dan Minggu adalah “father days” untuk aku dan anak-anak. Selama dua hari
dalam seminggu, anak-anak berada dalam kekuasaanku; mulai dari urusan mandi, nyebokin,
memasak sarapan hingga mengantar sekolah, ngajakin main, ngelonin bobok siang
sudah menjadi tugasku. Aku tidak ingin kehilangan momen berharga, melihat
tumbuh kembang anakku karena terlalu sibuk di luar rumah. Dan anakku pun
terlihat begitu senang dan menikmati “father days” kami.
Oh… terdengar dari dalam ruang kelas anakku
lantunan doa menjelang pulang dan akhirnya aku cukupkan sementara tulisan ini.
Dan semoga bisa berlanjut secara konsisten dengan tulisan-tulisan selanjutnya.
See you all…. J
langkah pertama yang menyejukkan
BalasHapusbukan hanya menyejukkan ding.. tapi mendamaikan
lanjutkan langkahmu dalam menginspirasi, memotivasi, dan menceritakan kisah suksesmu kawan
Mas Jati, matursuwun. Salam silaturahmi kawan. Dan ceritakan juga kisahmu :)
BalasHapus