Terlepas dari
berbagai perdebatan mengenai dimanakah lokasi sebenarnya negeri
Saba, mari kita fokus untuk mengambil pelajaran berharga agar apa
yang terjadi di negeri itu di masa lalu tidak terjadi di negeri
kita.
“Sesungguhnya bagi
kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka,
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki
yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik
dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling,
maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun
mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah
pahit, pohon asl, dan sedikit dari pohon sidr. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan
azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang
sangat kafir” (Surat Saba 15-17)
Saba adalah nama
raja-raja negeri Yaman dan juga nama penduduknya, danTababi'ah (jamak Tubba' nama julukan Raja Yaman) berasal dari keturunan
mereka. Balqis (teman wanita Nabi Sulaiman a.s.) termasuk salah seorang dari
raja-raja negeri Yaman.
Imam Ahmad
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abdullah ibnu Hubairah, dari Abdur Rahman ibnu
Wa'lah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan,
pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang Saba, apakah
itu nama seorang laki-laki ataukah seorang perempuan ataukah nama negeri. Maka
Rasulullah Saw. menjawab: Tidak demikian, dia adalah seorang lelaki
yang mempunyai sepuluh orang anak; enam di antara mereka tinggal di negeri
Yaman, sedangkan empat orang dari mereka tinggal di negeri Syam. Ada pun yang
tinggal di Yaman adalah kabilah Mulhaj, kabilah Kindah, kabilah Azd,
orang-orang Asy'ari, Anmar, dan Himyar. Adapun yang tinggal di negeri Syam
adalah Lakham, Juzam, 'Amilah, dan Gassan.
Negeri Saba subur
berkat adanya bendungan yang dinamakan Saddi Ma'rib, yang pada
mulanya air datang kepada mereka dari celah-celah yang ada di antara kedua
bukit, lalu berkumpul di lembah dan bercampur dengan air hujan yang turun
kepada mereka dari bukit-bukit yang ada di sekitarnya. Lalu raja-raja mereka
dahulu membuat rencana untuk memanfaatkan air tersebut, maka mereka membangun
sebuah dam yang besar lagi kokoh guna membendung air tersebut. Akhirnya
permukaan air naik dan memenuhi lembah yang ada di antara kedua bukit tersebut.
Kemudian mereka menanam pohon-pohon dan bercocok tanam, serta menghasilkan
buah-buahan yang sangat banyak dan bermutu baik. Disebutkan bahwa seorang
wanita dari kalangan mereka berjalan di bawah pepohonan dengan membawa
keranjang atau wadah buah-buahan di atas kepalanya. Maka buah-buahan berjatuhan
memenuhi keranjangnya tanpa susah payah harus memetiknya karena buahnya rimbun
dan masak-masak.
Bendungan tersebut
terletak di Ma'rib, nama sebuah tempat yang jauhnya tigamarhalah dari
kota San'a, sehingga dikenal dengan nama Saddi Ma 'rib (bendungan
Ma'rib). Ulama lainnya menceritakan bahwa di negeri mereka tidak terdapat
seekor lalat atau nyamuk pun, juga tidak terdapat serangga lainnya yang
mengganggu.
Tetapi mereka
berpaling dari mengesakan Allah, dari menyembah-Nya, serta dari bersyukur
kepada-Nya atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka.
Sebaliknya mereka menyembah matahari, bukannya menyembah Allah. Sebagaimana
yang dilaporkan burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman a.s. Hal ini menceritakan
oleh firman-Nya: “Dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting
yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah
mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang
besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan
setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu
menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak
dapat petunjuk (An-Naml: 22-24)
Allah menghukum
merekea dengan mengirimkan banjir besar kepada mereka, maka terlebih dahulu
Allah mengirimkan sejumlah besar tikus-tikus ke bendungan mereka, lalu
tikus-tikus itu menggerogotinya. Wahb ibnu Munabbih menceritakan bahwa mereka
menjumpai dalam kitab-kitab mereka (Ahli Kitab), bahwa penyebab hancurnya
bendungan tersebut adalah karena ulah tikus. Tikus-tikus itu melubangi fondasi
bendungan tersebut hingga bendungan itu tidak mempunyai akar fondasi lagi dan
labil. Ketika tiba musim penghujan, datanglah banjir kiriman, lalu menghantam
bendungan itu hingga roboh. Akhirnya air bah melanda bagian yang terendah dari
lembah dan memporak-porandakan semua bangunan, merusak semua pohon yang ada di
hadapannya, serta menghancurkan semua yang dilandanya. Akhirnya air surut dan
tidak lagi menyuplai perairan pepohonan yang ada di kedua sisi bukit tersebut,
hingga semua pepohonan kering dan mati. Kemudian pepohonan yang berbuah lagi
indah dan hijau itu sesudah banjir tidak ada lagi dan berubah, sebagaimana yang
disebutkan di dalam firman-Nya:
Allah ganti kedua
kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon
arok, tarfa, dan sidr yang semuanya berduri dan sedikit buahnya. Demikian itu
karena ulah mereka yang kafir, mempersekutukan Allah serta mendustakan perkara
yang hak, lalu memilih jalan yang batil.
Sumber: Tafsir Ibnu
Katsir Surat Saba 15-17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar