Sebuah kisah populer hingga Allah SWT menjadikannya
sebagai kisah yang paling banyak diceritakan setelah kisah penciptaan makhluk.
Lantas apa maksud Allah menceritakan kisah Fir'aun tersebut secara
berulang-ulang di dalam Al Qur'an? Tidak lain agar manusia mengambil pelajaran
penting dalam kehidupan.
Sifat Fir'aun menggambarkan manusia yg sudah melampaui batas (tagyun), kufur atas nikmat Allah SWT. Lupa darimana asal muasal semua yang ia dapatkan. Dengan semua karunia Allah SWT yg menjadikannya raja Mesir lengkap dengan kekuasaan dan kemewahan menjadikan ia lupa diri, seolah ia lah pemilik semua sumber daya termasuk rakyat di dalam negerinya. Ia pun mendeklarasikan diri sebagai "Tuhan" untuk menguatkan posisinya dalam menindas dan melanggengkan kekuasaannya.
Sifat Fir'aun menggambarkan manusia yg sudah melampaui batas (tagyun), kufur atas nikmat Allah SWT. Lupa darimana asal muasal semua yang ia dapatkan. Dengan semua karunia Allah SWT yg menjadikannya raja Mesir lengkap dengan kekuasaan dan kemewahan menjadikan ia lupa diri, seolah ia lah pemilik semua sumber daya termasuk rakyat di dalam negerinya. Ia pun mendeklarasikan diri sebagai "Tuhan" untuk menguatkan posisinya dalam menindas dan melanggengkan kekuasaannya.
Allah SWT menggambarkan bagaimana kebatilan terstruktur dan masif ini dihapuskan sekian tahun kemudian ketika ada bayi laki-laki yang lahir dan tumbuh besar, selamat dari ancaman pembunuhan dan masuk menjadi bagian dari keluarga Fir’aun lewat asuhan isterinya. Skenario Allah lah yang Maha Tahu dan Maha Kuasa bagaimana kekuasaan Fir’aun puluhan tahun bahkan mungkin ratusan tahun dapat ditumbungkan oleh kebenaran. Akan tetapi, apakah Allah dengan serta merta menghilangkan kebatilan tadi dalam waktu singkat dan tanpa proses? Kembali lagi, Allah Maha Besar ingin memberikan pelajaran kepada manusia bahwa kebatilan yg telah terorganisir hanya akan mampu dikalahkan oleh kebenaran/kebaikan yang terorganisir pula.
Allah tidak secara langsung menghempaskan kedzoliman yang
ditimbulkan oleh Fir’aun meskipun Ia mampu melakukannya apabila Ia Berkendak, tanpa
bantuan siapapun. Allah memberikan pelajaran kepada umat-umat setelahnya
bagaimana perjuangan Nabi Musa AS untuk menumbangkan kekuasaan yang dikator dan
dzalim. Lantas apa yang dilakukan oleh Nabi Musa AS?
Beliau mengawali dengan proses dari awal bagaimana
mengajak (berdakwah) orang-orang terdekatnya untuk bersama-sama dalam satu
barisan. Didapatkanlah saudara seperjuangan, Nabi Harun AS yg menguatkannya
dalam penyampaian dan ajakan kepada kaumnya? Dan lantas apakah mereka berdua
dalam waktu sekejap mampu mempunyai pendukung atau bala tentara yang siap
berkorban dalam perjuangan? Tidak sama sekali, ketakutan rakyat Mesir atas Fir’aun
dan ancaman siksaannya telah benar-benar membelenggu rakyat untuk tunduk dan
patuh, tidak berani berbuat apa-apa.
Titik balik semuanya adalah ketika Nabi Musa diperintahkan oleh Allah SWT untuk bertemu langsung dengan Fir’aun, menyampaikan risalah kebenaran. Sebagaimana Nabi Musa AS juga seorang manusia, muncul kekhawatiran bahwa ketika beliau menemui Fir’aun secara langsung, maka ia juga akan dibunuh dan dihukum atas apa yang Beliau lakukan dimasa lalu, sebuah "kecelakaan" yang akhirnya menyebabkan seorang kaum Bani Israil tewas. Akan tetapi Allah menguatkan hati, pikiran dan jiwa Nabi Musa AS bahwa sudah saatnya perjuangan kebenaran ini disampaikan secara lebih tegas dan terang-terangan.
Beliau pada akhirnya menemui Fir’aun secara langsung. Lantas apa yang dilakukan Fir’aun, apakah langsung membunuh Nabi Musa AS? Fir’aun yang licik tidak ingin mengotori tangannya hanya untuk membunuh seorang Nabi Musa sementara ajarannya akan tetap berkembang sesudahnya. Apa yang kemudian ia lakukan adalah memfitnah Nabi Musa AS sebgai seorang penyihir, sama seperti kebanyakan penyihir di Mesir kala itu.
Titik balik semuanya adalah ketika Nabi Musa diperintahkan oleh Allah SWT untuk bertemu langsung dengan Fir’aun, menyampaikan risalah kebenaran. Sebagaimana Nabi Musa AS juga seorang manusia, muncul kekhawatiran bahwa ketika beliau menemui Fir’aun secara langsung, maka ia juga akan dibunuh dan dihukum atas apa yang Beliau lakukan dimasa lalu, sebuah "kecelakaan" yang akhirnya menyebabkan seorang kaum Bani Israil tewas. Akan tetapi Allah menguatkan hati, pikiran dan jiwa Nabi Musa AS bahwa sudah saatnya perjuangan kebenaran ini disampaikan secara lebih tegas dan terang-terangan.
Beliau pada akhirnya menemui Fir’aun secara langsung. Lantas apa yang dilakukan Fir’aun, apakah langsung membunuh Nabi Musa AS? Fir’aun yang licik tidak ingin mengotori tangannya hanya untuk membunuh seorang Nabi Musa sementara ajarannya akan tetap berkembang sesudahnya. Apa yang kemudian ia lakukan adalah memfitnah Nabi Musa AS sebgai seorang penyihir, sama seperti kebanyakan penyihir di Mesir kala itu.
Itulah yang dilakukannya, mendudukan orang yang berjuang
dalam kebenaran seperti rendahnya para penyihir yang berjuang demi syetan dan
material semata. Maka dengan pongahnya ia sesumbar bahwa bisa mengalahkan
"sihir" Nabi Musa AS dengan kara tukang sihir terbaiknya. Layaknya
sayembara, para tukang sihirpun bersedia melawan Nabi Musa AS, tetapi mereka
meminta imbalan yang besar. Dan inilah tipu daya Fir’aun menjanjikan orang
dengan kemewahan dunia agar ia sendiri mampu mempertahankan kekuasaannya.
Allah SWT berkendak lain, atas izinNya, kalahlah tukang sihir
Fir’aun dan Allah SWT memberikan hidayah bagi mereka untuk mengikuti Nabi Musa.
Mengapa mereka dengan serta merta mau mengikuti Nabi Musa dan tidak
mengindahkan ancaman dari Fir’aun? Karena mereka tahu betul bahwa apa yang
dimiliki dan dilakukan oleh Musa bukan berasal dari golongan jin dan syetan
yang selama ini menjadi "Tuhan" para tukang sihir. Mereka takjub dan
terbuka hatinya.
Lantas bagaimana dengan Fir’aun, apakah ia tidak takjub,
ya, ia takjub tetapi hawa nafsu, hati dan jiwanya telah tekunci dalam
kegelapan. Tidak ada cahaya kebenaran yang mampu ia serap. Hausnya kekuasaan
dan keberlimpahan telah membuatnya semakin jauh untuk menuju kebenaran yang
sesungguhnya. Ibarat ungkapan, sudah telanjur basah! Ia pun semakn terpojok dan
merasa kekuasaannya akan hilang, terlebih rakyat Bani Israil yang selama ini
menjadi budaknya akan dibawa pergi oleh Nabi Musa AS. Berbagai usahapun
dilakukan, tetapi kemudian tidak ada satupun yang berhasil, justru ia mati,
tetap dalam kondisi kebatilan dan usahanya untuk mengingkari kebenaran yang
sebenarnya telah ia ketahui sebelumnya.
Kisah Fir’aun tidak hanya menajdi sebuah cerita berulang belaka, tetapi kisahnya
akan selalu abadi dan memberikan pelajaran bagi ktia semua agar tidak terulang
pada zaman ini.
Sumber: Al Qur'an, Surat Ash-Shu'araa' 10-68.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar