Salam BUMI, Pasti LESTARI

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(Asy Syu'araa' :7)

Kamis, 01 Desember 2011

G.A.L.A.U pasca WISUDA ?

Memasuki dunia baru, memang menjadi tantangan tersendiri dari perjalanan hidup kita. Kebetulan beberapa waktu lalu, diminta kawan-kawan KMIK (Keluarga Mahasiswa Islam Kehutanan) UGM untuk berbicara dalam momen syukuran wisuda periode November 2011. Dan pagi ini, setelah pulang sholat shubuh di mushola, duduk dekat pintu yang mengadap ke timur, sambil mengamati Mas Anjar (tetanggaku penjual bubur ayam yang baik hati) ngasih makan ayam-ayamnya, kucoba menuliskan pendapat. Silakan, bisa dilanjutkan membacanya. Jangan lupa, dimulai dengan senyuman... :)

Satu tahun yang lalu, Alhamdulillah aku juga menjadi bagian dari mahasiswa yang merayakan momen syukuran itu. Dan sekarang, aku harus duduk, berbicara terkait masa pasca kampus kepada kawan-kawan seperjuangan, kakak angkatan dan juga adik angkatan. Dan biasanya yang duduk memberikan wejangan adalah para Bapak yang sudah puluhan tahun meninggalkan dunia kampus. Sedangkan aku, baru saja belum genap satu tahun lepas kampus.

Ingatan segarku menembus waku, tanggal 15 Oktober 2010 pukul 14.00 WIB sidang skripsiku yang berjudul “Konduktivitas Panas Empat Jenis Kayu dalam Kondisi Kadar Air yang Berbeda” sedang “didadar”, hee… kayak telur aja… 

Dan bulan November 2010 jadwalnya bagi kami, tapi Allah berencana yang lebih baik. Erupsi Merapi menjadikan wisuda kami ditunda hingga bulan Februari 2011, tapi tak mengapa, impianku yang lain, “menikah” sebelum wisuda Alhamdulillah diberikan jalan kemudahan. Jadi ya… ketika wisuda, kalau yang lain dihadiri orang tua, asyiiik, sudah ada bidadari yang menemani dan menanti di bawah tangga Graha Sabha Pramana UGM sambil menggenggam setangkai mawar putih. Lebih tepatnya bidadariku tidak sendirian, sudah ada Chayra kecil yang berumur 2 bulan di rahimnya. Indahnya, semoga hamba tidak termasuk orang yang lalai akan berjuta nikmat Mu…

Eh, malah keterusan curhatnya. Harus dihentikan. Bisa kebuka semua kartunya As nya…back to right topic ! Stop romantisme wisuda… saatnya berkarya di dunia nyata!

Selepas hiruk pikuk dunia kampus, dimulailah perjuangan sebenarnya. Banyak kawan yang berbagi cerita kepada ku, dan akan kurangkai dalam satu bundel cerita. Kita semua yang belum atau sudah angkat koper dari kampus, akan benar-benar meninggalkan kampus yang kita cintai dengan begitu banyak kesenangan di dalamnya. Ada yang menemukan masa-masa jiwa aktivisnya meledak, jiwa sosialnya begitu menghujam atau masa-masa belajar tanpa beban ekonomi (bagi yang masih tega menengadahkan tangan kepada orang tua, hee). Dan kesemuanya itu akan ditinggalkan, atau lebih tepatnya “diuji” dengan kehidupan nyata. 

Banyak kawan yang kemudian mengalami masa-masa GALAU. Aku tidak tahu, dari mana istilah ini muncul dan apa artinya. Tetapi dikit-dikit kata ini muncul di berbagai status update Facebook atau Twitter. Semoga kita tidak termasuk dalam bagian jamaah Galau. Padahal GALAU juga mempunyai arti yang bagus juga, GALAU (God Always Listening AND Understanding), terlepas mana yang benar, heee.
Kali ini kita akan berdikusi pada sisi GALAU yang sering diomongi ABABIL. Apaan lagi tuh?? Berarti bisa digabung, ABG Labil GALAU  :)





Ujian Eksistensi Diri
Dunia pasca kampus justru sangat menantang untuk kita jalani, karena eksistensi kita akan diuji. 

Pertama, tidak usah terlalu takut melangkahkan kaki. Bekal yang harus kita miliki adalah “karakter diri”. Dimanapun kita berada, ketika karakter diri kita sudah kuat, pasti tidak akan terbawa arus dunia hedonisme yang dulu barangkali tidak kita temui di kampus. Dan beruntunglah bagi kawan-kawan yang ketika masa kuliah banyak mengikuti berbagai organisasi kampus. Disitulah karakter diri ditempa dan dicetak dengan sebaik mungkin. Muncul manajemen diri yang baik, tanggungjawab yang tinggi dan kepekaan sosial yang luas. 

Dan ingatlah, ketika sudah memasuki dunia kerja, jarang yang akan mengingatkan kita ketika sedang khilaf, kecuali diri kita yang mempunyai alarm untuk mendeteksinya. Tidak ada yang sering SMS tausiyah, atau SMS pengingat kalau yang kita lakukan kurang tepat, atau teguran langsung ketika kita sholat jamaah di masjid kampus terlambat. Semua mungkin akan menghilan kawan…

Kedua, ketika mulai bekerja harus menjaga “4 Keseimbangan Hidup”. Keseimbangan hidup itu adalah rohani, keluarga, pekerjaan dan sosial. Tidak dapat ditawar-tawar lagi lho ya.. Keempatnya harus dijaga keseimbangannya. Kondisi rohani harus dijaga sebaik mungkin. Sholat fardhu harus tetap dijaga, syukur bisa berjamaah. Puasa-puasa sunah bisa kita jadikan benteng untuk meredam berbagai macam nafsu ketika melihat gemerlap dunia luar. Dan lagi, rohani bisa dijaga dengan berkumpul dengan orang-orang sholeh. Bagi yang ketika mahasiswa bergabung di kelompok-kelompok ngaji (halaqoh), wajib dilanjutkan. Dan puji syukur, ketika bekerja kita dapat tetaap membina

2 komentar:

  1. Subhanallah mas Anton, semoga kita senantiasa terhindar dari kegalauan :-)

    BalasHapus
  2. Aamiin, mari kita saling menjaga ya Kak Imam... Mari saling mengingatkan..

    BalasHapus