Salam BUMI, Pasti LESTARI

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(Asy Syu'araa' :7)

Jumat, 21 Februari 2014

Journey to UK (United Kingdom) #Part 3 : LONDON


Dear sobat semua...
Pagi ini aku melakukan perjalanan dari Jogja ke Solo, naik kereta Madiun Ekspress. Keretanya lumayan nyaman dan ada charge buat laptopku, so aku manfaatkan buat ngelanjutin cerita perjalananku di UK.

Kali ini aku ingin cerita ajang “blusukan” ku bersama Robb dan Sarah di London.

Minggu pagi, 12 Januari 2014. Aku terbangun lebih awal dari biasanya, walaupun malam sebelumnya tidur cukup larut. Aku geser tirai jendela, kuintip dari kamar hotel, ternyata masih gelap gulita. Aku lihat jam di kamar, ternyata masih jam 5.30. Hampir aku lupa, di UK saat ini kan sedang winter, matahari baru nongol sekitar jam 7.30. Aku coba buka kaca jendela, wuzzzz, udara dingin langsung menerpaku, seakan-akan buka pintu kulkas di rumah. Oh iya, pagi ini aku ada agenda bersama Rob dan Sarah. Kebetulan agenda meetingku bersama mereka masih besok senin, jadi hari minggu ini aku manfaatin buat mengekslore tanah Ratu Elizabeth, dan aku pilih London, kota dimana Big Ben berada. Sebuah jam raksasa yang dijadikan patokan waktu seluruh dunia. Robb dan Sarah bersedia menemaniku ke London dari Southampton.


Taman Chilworth Manor Hotel


Bersama Rob and Sarah di depan Modern Art Gallery

Jam 08.00 pagi aku keluar kamar untuk sarapan di restoran hotel. Sesampainya restoran, aku cari meja untuk duduk. Aku dengar, peserta lain, rekannku Xiao dari Cina juga sudah menginap di hotel. Aku cari-cari dia, maklum belum pernah ketemu langsung. Dan akhirnya ketemu juga, dan kami sarapan bareng. Xiao (29) cukup familiar dengan UK, sejak umur 15 tahun dia pindah dari China ke UK untuk sekolah. Sementara itu, ibunya memegang paspor UK dan tinggal di London, sementara ayahnya dari China. Kami ngobrol banyak hal pagi itu, mulai dari cerita pekerjaan, kompleksitas masing-masing negara kami dan tentang keluarga. Dia sangat ramah dan mengenalkan banyak hal yang aku butuhkan selama di UK.


Menuju London

Selepas sarapan, Robb menghubungiku kalau dia sudah menuju ke hotel. Akupun siap-siap, tak lupa kubawa kamera untuk jepret obyek-obyek menarik di London. Jam 9.00 kamipun berangkat, rencana awalnya kami mau naik bus/kereta dari Southampton ke London, tetapi dengan kebaikan hati Robb dia bawa mobil BMW terbarunya untuk mengantarkarku jalan-jalan. Sementara Sarah sudah prepare beberapa scraft and gloves untuk ku. Sepertinya di khawatir kalau aku bakalan kedinginan di London.
Perjalanan dari Southamton ke London dengan mobil pribadi sekitar 1,5 jam. Jalanan yang lebar dan arus kendaraan yang rapi menjadikan perjalanan kami menyenangkan. Tidak ada kemacetan, dan sepanjang jalan dari Southampton ke London tak satupun suara klakson terdengar. Jadi sedikit membandingkan dengan tanah air tercinta, hmm. Selama perjalanan, Robb dan Sarah mengenalkan banyak lokasi di sepanjang jalan, bercerita dan mengeksplore tentang aktivitas kami masing-masing.


Foreground - The Sanctury. middle - Westminster Abbey. background - Big Ben, The London Eye and government buildings

Suasana jalanan kota London - White Hall

Suasana jalanan kota London

Suasana jalanan kota London - White Hall

Westminster Abbey, London

Westminster Abbey

Akhirnya, kamipun sampai juga di jantung kota London. Big Ben terlihat begitu besar dari yang aku kira sebelumnya. Wow... that’s  amazing. Kota London begitu tertata rapi, bangunan-bangun masa lampau masih tegak berdiri dan terpilahara. Memasuki kota London aku terbayang seperti masuk sebuah wilayah kerajaan Inggris di masa lalu.

Kamipun mencari tempat parkir mobil. Parkir mobil cukup mahal di pusat kota London, per jam nya bisa mencapai 3-5£. Selepas mendapatkan parkir mobil yang tepat, kamipun beranjak memulai perjalanan kami. Destinasi pertama adalah London Eye. London Eye merupakan kincir raksasan. Kita bisa naik diatasnya, dan akan terlihat seluruh sudut kota London. Luar biasa. Lokasi inipun sering sekali dijadikan lokasi syuting film-film terkenal. Di sekitarnya merupakan sebuh taman yang asri, dimana kita bisa bermain dengan puluhan burung dara yang terbang bebas tapi jinak. Jika kita punya makanan burung, kita bisa mengajak mereka semua bermain, hehe.


Standing infront London Eye


London Eye


London Eye Park

Selanjutnya, langkah kaki kami menuju Sungai Thames. Mereka mengajaku untuk jalan menyusuri tepi Sungai Thames, sekaligus menuju coffee shop yang terletak di bawah salah satu jembatan yang membentang di atas Sungai Thames. Kami makan siang dan sekaligus menghangatkan badan dari dinginnya London, aku perkirakan suhunya sekitar 6° C. Lumayan, di coffee shop ada heater untuk menghangatkan badan. Dan terkait menu makan siang, Sarah sepertinya sudah paham kalau aku tidak boleh makan makanan yang mengandung pork dan minuman beralkohol. Mereka baik, mau menghormatiku untuk tidak mengkonsumsi keduanya bersamaku. Kamipun makan kue dan minum coffee saja. Perut sudah kenyang, tenaga pun kembali full untuk meneruskan perjalanan kami.


Menyusui tepi Sungai Thames

Sepanjang tepi Sungai Thames


Bazar Buku di bawah salah satu jembatan Sungai Thames

Obyek selanjutnya adalah Modern Art Gallery. Bangunannya unik sekali, di dalamnya terdapat berbagai macam hasil karya seni dari berbagai bangsa. Dan juga terdapat lokasi untuk pentas karya seni yang sering sekali dikunjungi oleh para turis yang singgah di London. Ada juga ruangan yang sangat luas di dalamnya yang merupakan hall bawah tanah, hingga ketika melihat unjungnya, manusia terlihat lebih kecil karena begitu luasnya.

Modern Art Gallery

Kami ingin melihat sisi lain Sungai thames, kamipun menyebranginya melalui jembatan Millennium Brigde. Kalau teman-teman ingin di salah satu film Harry Potter, pastinya tau akan jembatan ini. Salah satu adegan film tersebut diambil di lokasi ini. Jembatannya cantik sekali, arsitekturnya terlhat kuat dan menambah kesan cantik Sungai Thames. Dari atas jembatan aku bisa melihat sepanjang aliran sungai Thames, terlihat pula jembatan lainnya seperti Tower Bridge yang terkenal itu.


Standing on Millennium Bridge
Millennium Bridge
Sungai Thames dengan Tower Bridge sebagai backgroundnya

Aku melihat jam tangannku, ternyata sudah jam 12.00, waktunya untuk sholat dzuhur. Kalau di hotel enak, bisa sholat di dalam kamar. Karena ini di London, agak susah mencari tempat sholat. Robb dan Sarah membantuku untuk mencarikan tempat sholat, atau setidaknya ruangan yang representatif. Tapi sesuai dugaanku, itu tidak akan mudah. Setelah berkeliling di beberapa tempat, kami tidak menemukan, termasuk bertanya di tourist centre pun nihil hasilnya. Sementara itu, aku tidak boleh sembarangan sholat atau beribadah karena semuanya ada aturannya. Akhirnya ketemu juga sebuah tempat yang dapat digunakan untuk tempat beribadah, dan terus terang agak asing memang. Ya, aku sholat di St Paulus Cathedral. Aku dipersilakan menggunakan pray room. Tempatnya lumayan sepi dan hening.


Di depan St Paulus Cathedral

Menuju St Paulus Cathedral






St Paulus Cathedral

Tak puas berhenti disitu, kamipun berpetulang menyusuri jalanan jantung kota London. Robb mencari jalan kecil memasuki sebuh kawasan perumahan elit, ternyata dia mau mengajaku mengunjungi Dr. Johnsons House yang merupakan tempat tinggal penulis pertama kamus bahasa Inggris, Samuel Johnson ada abad ke-18.  Alamat lengkap rumahnya adalah 17 Gough Square, London EC4A 3DE.


Di depan Dr. Johnson's House

Dan melewati  The Old Bailey Court of Law, Victoria and Albert Monument, King’s College London, Somerset House dan Lyceum Theatre. Dan ternyata hari sudah menjelan sore, waktunya untuk makan malam. Robb punya alternatif bagus, kami menyambangi sebuah restoran di lantai 2 komplek National Gallery. Tempatnya ramai, dan kaca besar disampingnya menunjukan pemandangan indah luar biasa. Terlihat dari kejauhan Big Ben dan bangunan-bangunan monumental lainnya.


The Old Bailey Court of Law


The Old Bailey Court of Law
Victoria and Albert Museum


Somerset House
 

      
Somerset House


Somerset House

Lyceum Theatre yang lagi nampilkan The Lion Kng


Selepas dinner kami menuju halaman depan National Gallery. Situasinya begitu ramai dan didepannya tepat terdapat Trafalgar Square dengan ikon berupa patung dua ekor singa raksasanya. Kami berusaha naik di atas patung untuk mengambil gambar, waduh, naikknya susah karena licin. Berkah bahu-membahu akhirnya berhasil juga aku duduk di atas punggung patung singa. Berlanjut ke destinasi selanjutnya, kompleks Buckingham Palace. Setelah melewati Admiralty Arch yang merupakan pintu gerbang utama menuju kompleks Buckingham Palace. Jam tanganku menunjukan pukul 5 malam, Robb dan Sarah mengajakku ke untuk melihat Horse Guards Parade, yakni prosesi pergantian pejaga istana yang identik dengan pasukan berkudanya. Beruntung sekali tiba di Buckingham Palace tepat waktu pergantian Horse Guards, keren sekali.


Dinner di komplek National Gallery


National Gallery


Di depan National Gallery 


Trafalgar Square


Langkah kaki kami beranjak menuju St James’s Park, mengikuti The Diana Princess of Wales Memorial Walk yang merupakan jejak langkah mendiang Puteri Diana, mengantarkan kami menuju halaman depan Buckingham Palace. Lampu-lampu yang mengitarinya menjadikan istana Ratu Elizabeth terlihat megah dan indah. Akhirnya bisa sampai di lokasi yang menjadi tempat tinggal bersejarah dari  pemimpin kerajaan yang berpengaruh di dunia. Lokasi sekitar istana begitu bersih, nyaman dan tentunya aman bagi para pejalan kaki.

The Diana Princess of Wales Memorial Walk 


Horse Guard Parade


Horse Guard Office


Menuju Buckingham Palace

Buckingham Palace


Buckingham Palace


Di depan Buckingham Palace
                                   

Suasana malam di Buckingham Palace
                                      

Dan suasana sudah semakin malam dengan dinginnya udara sekitar, kami meneruskan petualangan ke pusat jantung London, Big Ben. Berbeda dari awal kedatangan kami siang tadi, ketika malam Big Ben terlihat begitu aggunnya. Lampu-lampu disetipa jengkah sisinya menjadikannya tampak hidup di tengah ramainya kota London. Warna lampunya kekuningan dan suara dentingnya cukup kencang menjadi pengingat yang mempertegas bahwa inilah sentral GMT yang waktunya dijadikan patokan seluruh dunia. Ketertarikanku dengan Big Ben jauh ketika aku masih SMP. Guru bahasa Inggrisku menggambarkan bagaimana Big Ben lewat buku ajar, tetapi kini aku berdiri tepat di sampinya. Alhamdulillah, impian adalah awal dari sebuah penggerak hati dan pikiran untuk menjadikannya happened suatu saat nanti. Dan aku benar-benar membuktikanya.


Big Ben at night


Berpose di atas Sungai Thames

Sementara itu, aku teringat titipan teman-teman untuk mebawakan souvenir yang identik dengan London. Kebetulan di samping Big Ben ada penjual souvenir, dan begitu tahu aku dari Indonesia, waduh....ternyata di bisa bahasa Indonesia. “Mas ayo beli, murah, murah, murah”. Aku tanya ke dia, kok dia bisa bahasa Indonesia? Katanya banyak orang Indonesia yang ke London, dan setiap pulang pasti membeli oleh-oleh dari tempat dia. Hmmm, ternyat emang terkenal yang kita, heehe.

Kami sudah puas berjalan-jalan, sementara hujan gerimis mulai turun, aku memandangi indahnya lampu London Eye dari kejauhan sementara Sarah memanggilku untuk menuju mobil. Oh iya, dalam perjalan kami mampir juga ke Rumah Dinas Perdana Menteri Inggris di Downing Street. Jam 7 malam kami meninggalkan London menuju Southamton. Selama perjalanan pulang, Robb begitu antusias menyimak ulasan pertandingan sore itu dari klub idolanya Manchester City. Ya, dia pecinta Manchester City dan aku pecinta Machester United. Bola memang memangkas perbedaan budaya, bangsa dan bahasa. Kamipun larut dalam obrolan mengenai tim kebanggaan kami masing-masing. Tak terasa kami sudah sampai hotel, begitu masuk hotel aku lihat jam dinding sudah menunjukan pukul 9 malam. Alhamdulillah, petualangan hari ini di London memberikan banyak pengalaman dan pelajaran berharga. I hope can visit London again guys.


Rumah Dinas Perdana Menteri Inggris


Tidak ada komentar:

Posting Komentar