Salam BUMI, Pasti LESTARI

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(Asy Syu'araa' :7)

Selasa, 10 Oktober 2017

Petualangan ke Negeri Tirai Bambu

Teringat sebuah ungkapan, belajarlah hingga negeri China. Alhamdulillah ada kesempatan untuk mengunjungi negeri Tirai Bambu tersebut meskipun hanya sebentar. Sebuah event Pulp and Paper Global Conference membawaku melihat secara langsung seperti apa negeri yang anak bangsanya mampu menginjakan kaki di setiap jengkal belahan negara di dunia.

Perjalanan ke China tidaklah sejauh perjalan sebelumnya ke Benua Biru. Selain itu, kali ini ada 1 teman yang berangkat  bersama sehingga tidak  merasa lonely di perjalanan. Setelah searching beberapa maskapai, pilhan kami jatuh kepada maskapai milik Hongkong, Cathay Pacific. Pesawat berangkat dari Jakarta dan landing di Bandara International Hongkong. Bandara utama Hongkong itu terbilang salah satu yang terbaik di Asia. Fasilitasnya cukup memadai, termasuk bagi kami yang harus rehat sholat dzuhur dan ashar tersedia  mushola di dalamnya. Kebetulan kami  bertemu dengan beberapa  orang Indonesia lainnya  yang sedang perjalanan dinas sehingga kami bisa sholat berjamaah. 

Sembari menunggu pesawat lanjutan,  kami mampir di cafĂ© dalam bandara untuk  sekedar sarapan dan menyegarkan  badan. Tak lama kemudian panggilan  boarding pun terdengar. Kami beranjak dari tempat duduk kami menuju pintu keberangkatan. Pada penerbangan lanjutan menuju Hainan kami menggunakan maskapai Dragon Air yang lebih kecil karena jarak yang ditempuh hanya sekitar 1 jam saja. Hujan gerimis mengiringi pesawat take off dan terbang mulus menuju Bandara  Hainan. Bandara ini berada di wilayah selatan China dan tergolong bukan kota besar. Hal itu terlihat dari pertama kali kami menginjakan kaki seusai turun dari Bandara. Kalau sedikit aku bandingkan, bandaranya masih kalah dengan bandara yang ada di Yogyakarta, hehe.

Kami menuju pintu imigrasi, mengisi form imigrasi. Pada titik ini, kesulitan mulai muncul. Orang di bagian imigrasi  kurang bisa bahasa Inggris. Waduh…keluh kami. Sederetan pertanyaan  kurang bisa kami pahami, sedikit yang aku ketahui, mereka menanyakan apa tujuan kami, pekerjaan kami dan apa itu organisasi kami? Kami coba jelaskan tapi belum juga clear. Setelah cukup lama sederetan pertanyaan datang, dengan sedikit ragu para officer menanyakan apakah ada orang China yang menjemput di bandara. Aku bilang, ya, ada rekan kami dari kantor China yang menjemput di bandara. Kami panggil M, dan diapun memberikan penjelasan dengan bahasa China  yang lancar. Kami akhirnya bebas….Alhamdulillah.

Perjalanan berlanjut, kami keluar bandara dan menuju stasiun kereta. Di situ kami bertemu dengan teman-teman lainnya, C dari UK dan W dari Malaysia. Perjalanan dengan kereta berkecepatan diatas 180 km/jam terasa nyaman, membelah kawasan yang kanan-kirinya terdapat lahan-lahan yang luas. Dan dari situlah gambaran masyarakan China bagian selatan mulai terlihat. Tampak dari kejauhan rumah-rumah yang jarak satu dengan lainnya berjauhan serta lahan luas yang terkesan kurang terpelihara. Sungguh berbeda dengan apa yang aku temukan di Indonesia, kiri-kanan jalur kereta jarah jauh membelah daerah dengan penampakan sawah yang tertata rapi dan hijau menyejukan mata. 

Sebelum keluar dari stasiun, kami buang air kecil di toilet stasiun, hmmm, toiletnya jorok sekali. Toilet di stasiun dan kebanyakan tidak mengenal air untuk membersihkan. Hanya ada gulungan tisu yang terlihat sudah tidak layak digunakan. Tumpukan bekas tisu menggunung di pojok toilet, bau menyengat dan lantai yang sangat kotor. Entah kapan toilet itu terakhir dibersihkan.  Aku saja yang dari Indonesia kaget, bisa kubayangkan  apa yang dipikirkan oleh C dimana dinegaranya semua serba bersih dan rapi.

Tak lama kemudian, kami  sudah berada di mobil yang mengantarkan kami menuju titik acara. Perjalan sekitar 30 menit melalui jalan tol, sampailah kami di kota lokasi acara berlangsung. Di kiri dan kanannya berjajar ruko-ruko dengan dominasi warna lampu merah dan kuning. Kalau di Indonesia kita bakal kompak nyebutin kalau daerah ini adalah pecinan, lha, kalau disini biasa, kan memang sedang di China. Tampaknya sedang ada sebuah perayaan sehingga masyarakat secara kompak menghiasi rumah dan rukonya dengan berbagai hiasan khas China. Puas memanjakan mata dengan keindahan lampion dan sejenisnya, perjalan kami sampailah di Lei Meridiem. Sebuah hotel dan resort yang terletak di ujung selatan China. Di lokasi inilah kita bisa memandang Laut China Selatan dengan ombak besarnya.

Kami seger check-in dan menaruh semua barang bawaan kami. Selepas mandi, kamipun sholat jamak magrib dan isya’ selepas perjalanan panjang. Perut juga sudah memberikan kode kalau mulai lapar. Kamipun menuju restoran, tempat dimana dinner penyambutan dilaksanakan. Disana sudah banyak teman-teman yang datang. Kami termasuk kloter terakhir yang hadir.

Selepas makan bersama, kamipun beristirahat untuk memulai agenda esok hari yang pastinya cukup menantang.




















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar