Salam BUMI, Pasti LESTARI

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(Asy Syu'araa' :7)

Sabtu, 15 Februari 2014

Risma: Walikota Surabaya yang patut kita BENCI

Maraknya pemberitaan tentang walikota Surabaya yang dikabarkan hendak turun dari kursi Surabaya 1 menggugah saya untuk menulis sedikit tentang sosoknya. Saya ingat pertemuan dengan Tri Rismaharini atau yang biasa disapa Bu Risma ketika sama-sama naik Qatar Airways dari Doha ke Jakarta pada tanggal 17 Januari 2014 lalu. Bu Risma baru pulang dari London sementara saya baru pulang dari Manchester. Wanita kelahiran Kediri, 20 Oktober 1961 ini khusus diundang ke London untuk berbagi pengalaman mengenai perbaikan tata kelola Kota Pahlawan lengkap dengan tantangan dan capaiannya. Selama 10 hari Bu Risma berada di London bersama 4 stafnya. Lima hari full mengikuti meeting dan selebihnya untuk field trip di negeri Ratu Elizabeth tersebut.


Alumni S-1 Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) (1987) itu duduk di depan saya, sementara saya duduk bersebelahan dengan Eric Cahyadi, Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Surabaya yang ikut mendampinginya ke London. Saya banyak ngobrol dengan Mas Eric, begitu saya menyapanya. Dia termasuk kepala dinas termuda di jajaran Pemkot Surabaya. Dan dari dialah saya banyak mengetahui tentang sosok Risma dari orang terdekatnya. Menurutnya, Bu Risma itu pemimpin langka, berkepribadian sederhana dan totalitas bekerja. Setiap hari pulang dari kantor diatas jam normal kerja, dan dalam perjalanan pulang tidak langsung menuju ke rumah apabila ada permasalahan di lapangan yang belum terselesaikan. Sering waktunya banyak dihabiskan untuk “blusukan” dan mendekatkan diri dengan segudang permasalahan rakyatnya. Hal inilah yang membuatnya kerap kali baru menginjakan kaki di rumah pribadinya diatas jam 11 malam. Dan esok harinya, bisa dipastikan jam 6 pagi sudah bisa ditemui di kantornya.

Mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya ini memilih tinggal di rumah pribadinya, sementara rumah dinasnya digunakan untuk kepentingan publik, seperti sebagai tempat singgah tamu dinas atau acara kedinasan lainnya. Dalam kesehariannya, Risma terkenal sebagai pemimpin yang tegas dan mengutamakan kepentingan masyarakat banyak. Hal ini banyak dirasakan oleh para stafnya, para kepala dinas di lingkup Pemkot Surabaya, termasuk Mas Eric tentunya. Mas Eric sedikit berkeluh kesah bagaimana beratnya bekerja dengan Bu Risma. Hampir tidak pernah ada hari libur untuk bekerja dan harus selalu siap solusi apabila ada permasalahan. Menurutnya, Bu Risma tipe orang yang bekerja dengan cepat, tidak menyukai bawahannya yang lelet. Apabila ada permasalahan di lapangan, setiap kepala dinas harus berani mengambil keputusan segera. Dan bila nantinya keputusan tersebut ternyata kurang begitu tepat, Bu Risma siap menjadi benteng dan mengayomi stafnya. Lain cerita apabila kepala dinasnya kurang tanggap dengan kondisi masyarakatnya. Sebagai contoh, saat ada warga sakit yang tidak mampu berobat di rumah sakit dan dan tidak bisa terfasilitasi dengan baik, dan Bu Risma mengetahui lebih dahulu daripada kepala dinas kesehatan, sudah bisa dipastikan Bu Walikota akan “mengamuk” kepala dinasnya. Dan siap-siap saja apabila dalam waktu dekat diganti. Ya, pada intinya semua kepala dinas harus selalu ON 24 jam dan benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk rakyat.

Kemudian, saya juga bertanya lebih kepada Mas Eric mengenai kerjakerasnya bersama Bu Risma untuk menutup Gang Esek-Esek Dolly. Lokalisasi tersebut konon merupakan yang terbesar di Asia Tenggara, bahkan lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura. Dia menceritkan bagaiamana perjalanan panjang dan penuh ancaman dari berbagai pihak yang tidak suka Dolly diberangus. Keberanian Bu Rismalah yang kemudian memukul mundur mereka. Kawasan Dolly dibeli oleh Pemkot, bangunannya dirobohkan dan diganti menjadi tempat pelatihan ketrampilan kerja para eks PSK yang berasal dari Surabaya. Sementara para PSK yang berasal dari luar daerah termasuk luar negeri dipaksa meninggalkan Surabaya. Kini Dolly mulai berbenah dengan wajah baru dan mentapi indahnya hidup masa depan.

Akhirnya perjalanan panjang tujuh jam dari Doha ke Jakarta tidak begitu terasa, karena banyak ngobrol seputar Surabaya. Dan saat akan sampai Jakarta, Mas Eric mengenalkan saya kepada Bu Risma. Kamipun ngobrol di pesawat dengan asyik, dimana Bu Risma dengan keramahtamahannya menceritakan kegiatannya selama di London. Dia pun menanyakan apa agenda saya di Inggris. Saya kebetulan ada meeting di Southampton dan juga agenda di Landon dan Manchester. Kami diskusi seputar perjalanan kami dan tentunya tentang Surabaya. Saya sampaikan betapa senangnya ketika berkunjung ke Surabaya dengan tata kotanya yang hijau dan bersih. Dan Bu Risma dengan kerendahan hati dan senyum khasnya mengucapkan terimakasih dan menyampaikan “jangan kapok-kapok berkunjung ke Surabaya”.  Senyumnya tetap renyah meskipun sebetulnya badannya pasti sangat lelah selepas perjalanan panjang  15 jam di udara dari London. Dan akhirnya kamipun berpisah, saya melanjutkan penerbangan saya ke Jogjakarta dengan Garuda pada pukul 17.00 sementara Bu Risma dan rombongan menuju ke Surabaya selepas saya, pukul 18.00.

Ya, itulah sedikit pengalaman bertemu dan belajar dari sosok Bu Risma. Dan apabila dihubungkan dengan kejadian saat ini, dimana beliau diberitakan akan mengundurkan diri sebagai walikota, saya sendiri yang bukan warga Surabaya pasti akan merasakan kehilangan. Kalaulah ada pihak-pihak yang  bertepuk tangan dan mendorong agar Risma segera turun, saya pastikan itu bukanlah golongan dari orang yang ingin adanya terobosan dan perbaikan untuk masyarakat Surabaya. Barangkali hanya sekedar isapan jempol kepentingan politik belaka. Apa yang saya ungkapkan adalah sebuah alasan mengapa  Bu Risma memang patut kita BENCI (BENar-benar CIntai). Bukankah pemimpin yang terbaik adalah pemimpin yang mencintai rakyatnya, sementara rakyat juga mencintainya. Dan pemimpin yang mendoakan rakyatnya, begitu juga rakyat yang selalu berdoa untuk pemimpinnya. 

19 komentar:

  1. Terimakasih kawan-kawan, @muhammad Hatta, Chandra Agusta dan Mareta Chandra. Sukses untuk kita semua.

    BalasHapus
  2. Saya selalu terharu, bila menndengar atau membaca ttg pemimpin yang mengerti rakyatnya.

    BalasHapus
  3. trus judulnya kok patut kita BENCI mas?

    BalasHapus
  4. Dear sobat semua, terimakasih sudah berkenan mampir di rumah kami. Slam kenal dan salam hangat dari Jogja :)

    BalasHapus
  5. Ayoooo buat gerakan...dukung bu risma.. (walopunkita bukan.org srbaya) bisa gak ya??? (Jd ingat kasus prita dg koin nya))


    Jangan mundur bu Risma

    BalasHapus
  6. jempol dah buat pemimpin yang bginian dan calon pemimpin yang mempunyai visi yang luar biasa

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah masih ada pemimpin yang memang harus kita BENCI .... Top banget mas anton ....

    BalasHapus
  8. Suwun kawan-kawan semua, ayo ayo ramai ramai kita dukung secara moril para pemimpin kita yang serius bekerja untk rakyat. :)

    BalasHapus
  9. Sungguh berbanding terbalik dengan walikota banda aceh huhuhu

    BalasHapus
  10. Sungguh berbanding terbalik dengan walikota banda aceh huhuhu

    BalasHapus