Salam BUMI, Pasti LESTARI

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(Asy Syu'araa' :7)

Sabtu, 24 Oktober 2015

Manusia Berlabel Si Kaya dan Si Miskin


Minggu sore pertengahan Oktober, di sela-sela waktu membantu istri menjaga “lapak ” produk jilbab kaos andalan kami (www.jilbamazaya.com) di pamerah produk UKM dan Koperasi se-Indonesia di Jogja Expo Centre, aku dan anak-anak mengunjungi panti asuhan La Tahzan. Panti asuhan ini adalah salah satu dari 4 panti asuhan binaan gerakan amal kolektif Taman Karunia (www.tamankarunia.org), dimana saat ini Taman Karunia sudah berusia hampir 4 tahun.
Panti asuhan yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta ini membina sekitar 30 anak yatim, piatu dan dhuafa yang kesemuanya bersekolah setingkat MAN. Panti asuhan ini tidak hanya tempat singgah, melainkan juga pesantren yang membekali santrinya dengan berbagi pengetahuan dan hafalan Al-Quran.
Taman Karunia hadir dipanti asuhan tersebut untuk memberikan dukungan biaya pendidikan bagi anak-anak yang bersekolah di Man Lab UIN sekaligus memberikan training pengembangan diri yang dilaksanakan setiap bulannya. Training tersebut kami harapkan mampu memberikan bekal pengetahuan dan wawasan bagi adek-adek kami di masa yang akan datang.
Pada kesempatan diskusi bulan ini, ada pertanyaan menarik dari salah satu santri. “Siapa sebenarnya Si Kaya dan Si Miskin?”.
Jawaban singkatku akan pertanyaan ini dapat ditemukan pada bagian akhir tulisan ini, tetapi sebelumnya mari coba kita baca uraian perenungannya.
Kalau pertanyaan yang sama ditujukan kepada kita, lantas seperti apa jawabannya. Bisa jadi, mayoritas dari kita akan menjawab Si Kaya adalah orang yang mempunyai mobil mewah, rumah megah, simpanan tabungan berlimpah, jabatan tinggi, dan sederet tampilan kemewahan lainnya. Dan sebaliknya, Si Miskin adalah orang dengan kondisi sebaliknya, rumah reot, mobil tak ada, jadi jongos dimana-mana, makan senin dan kamis, galian hutang dalam mencekam dan setumpuk gambaran penderitaan hidup di dunia.
Sebenarnya, dari manakah label Si Kaya dan Si Miskin berasal? Ada satu hal utama yang melatarbelakangi manusia dikatakan kaya atau miskin, yakni, penilaian orang lain. Orang memberikan penilaian berdasarkan kemewahan yang tampak dan melekat pada dirinya. Dan apa yang terjadi saat ini, dimana banyak orang berlomba untuk meraih predikat sebagai orang kaya, bisa jadi hanya sebatas mengejar penilaian orang atas dirinya, bukan menjadikan kekayaan sebagai jembatan untuk menolong sesama dan mendekatkan diri kepadaNya.
Lantas, sebenarnya apa yang terjadi dengan orang yang berlomba-lomba menimbun kekayaan sementara hatinya tidak pernah puas? Itu semua karena hilangnya rasa syukur terhadap apa yang diberikan oleh Allah SWT. Hal yang dirasakannya hanya kekurangan, kekurangan dan kekurangan.
Pada akhirnya dia akan tetap melakukan berbagai cara untuk memuaskan diri dengan tambahan kekayaannya, tetapi jangan dikira dengan semakin kaya pasti akan semakin bahagia. Sebuah cerita sedih datang kepada aku ketika ada sepasang suami istri begitu bahagia ketika awal-awal janji suci diucapkan dengan segala keterbatasannya. Akan tetapi, begitu kesuksesan digapai dan harta tercukupi, justru kebahagiannya terasa hilang sirna seutuhnya. Ya, sebagian orang bisa dengan mudah melewati kemiskinan, tetapi sulit lulus dari ujian keberlimpahan.
Di sisi lain, sebagian dari kita pasti pernah mendengar orang berceloteh, “ Enak yang jadi orang kaya, bisa ini, bisa itu dengan mudah!” Eits, jangan salah kita tidak pernah tahu apakah kekayaan yang diraihnya apakah dirihoi oleh Allah SWT atau tidak. Indikatornya sederhana, apakah kekayaan tersebut membawa keberkahan dalam hidup atau sebaliknya menjerumuskan.
Kita perlu mengingat kembali, ada dua cara Allah memberikan rizki harta kepada manusia. Pertama diberikannya secara baik dengan jalan dari hasil keringat yang menetes untuk pekerjaan-pekerjaan yang lurus. Dan yang kedua, diberikan dengan dilempar ke mukanya sebagai “upah” dan membuatnya semakin tenggelam dalam keberlimpahan yang semu.
Dan jawaban singkatku mengenai siapa Si Kaya dan Si Miskin merujuk pada Hadits Riwayat Bukhori No. 6081 dan Muslim No. 1051, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan/kecukupan (dalam) jiwa (hati).” Ada ungkapan lain juga yang menyebutkan bahwa Si Kaya adalah orang yang sibuk membagi-bagikan hartanya untuk menolong orang lain, sementara Si Miskin adalah orang yang sibuk mengumpulkan untuk dirinya sendiri.
 
Perjalanan udara Yogyakarta-Surabaya
22 Oktober 2015
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar