Salam BUMI, Pasti LESTARI

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(Asy Syu'araa' :7)

Sabtu, 10 Oktober 2015

Dahlan Iskan Tak Berhenti "Berulah"

Selepas shalat shubuh di masjid dan pamitan dengan istri beserta anak-anak, akupun bergegas menuju bandara Adisucipto. Hari ini ada pekerjaan untuk menilai penerapan Wood Control System di salah satu industri perkayuan terbesar di Gresik. Di ruang tunggu bandara, tampak dari kejauhan sosok yang tidak asing. Dia terlihat sedang asik bercakap-cakap dengan orang yang duduk di sampingnya. Tampak senyum lebar dan keramahan yang dibalut setelan kemeja biru muda yang serasi dengan celana panjang biru tuanya.  Dan tidak ketinggalan kacamata serta sepatu kets hitam dengan sol putih yang identik dengannya.

Tak lama kemudian, terdengarlah panggilan boarding untuk penerbangan tujuan Surabaya. Aku lihat dia mulai berdiri dan beranjak dari tempat duduknya menuju Gate 1. Ternyata kami satu rute penerbangan ke Surabaya. Aku berdiri tepat di depan gate untuk mengucapkan salam dan membuka obrolan, “Apa kesibukannya selepas tidak menjadi pejabat Pak? “Menanam kaliandra merah Mas”, balasnya dengan penuh semangat. Tanaman kaliandra merah terdengar tidak asing bagiku dan akupun memberikan beberapa komentar singkat mengenai tanaman tersebut.

Selepas melewati gate, aku bertanya singkat, “Bapak duduk di kursi mana?”. “1 C Mas, padahal saya lebih suka duduk di belakang” , ungkapnya. “Kalau saya 9 C Pak”, balasku. “Ok, kita masuk yang terakhir saja ke pesawat dan duduk bareng di bangku belakang”, ajaknya. Akupun berpikir, mungkin Bapak ini ingin mengobrol lebih lanjut mengenai kaliandra merah.

Kami pun akhirnya duduk bersama dan obrolan renyah semakin mengalir ramah apalagi kalau bukan mengenai kaliandra merah. Bagi yang belum familiar dengan tanaman ini, kaliandra merah  (Calliandra calothyrsus) merupakan bagian dari familia Leguminosea  dan sub familia Mimosaceae yang berbentuk perdu (semak) dengan ciri batang berkayu dan bertajuk lebat. Tanaman ini banyak ditemukan di Jawa dan dimanfaatkan daunnya sebagai hijauan pakan ternak.

Dan temanku ngobrol pagi itu, Pak Dahlan, begitu aku memanggilnya, saat in sedang banyak menanam kaliandra merah di beberapa lokasi terpencil di Indonesia. Lokasi-lokasi tersebut antara lain, Kabupaten Kepulauan Meranti Riau, Ambalut Kaltim, Tambora NTB, Enggano Bengkulu, Bolang Mangodow Sulawesi, Obi Maluku, Singkep Riau, dan beberapa lokasi lainnya yang total luasnya mencapai ribuan hektar.

Ketertarikannya menanam kaliandra merah didasari semangat untuk mengalirkan listrik di daerah-daerah terpencil dengan berbasis kemandirian masyarakat lokal. Masyarakat diajak bergerak bersama untuk menciptakan sebuah perubahan melalui kegiatan Sosiopreneur Demi Indonesia (SDI) yang digagas oleh Pak Dahlan awal tahun 2015. “Semangat saya sederhana, saya ingin melihat daerah-daerah terpencil di Indonesia bisa menikmati listrik seperti layaknya kita yang ada di Jawa. Mereka tidak perlu menggantungkan sumber bahan baku fosil untuk menghidupkan genset di kampung-kampung. Dan harapannya kegiatan sosial yang dikelola secara entrepreneur mampu menjadi salah satu solusinya”, ungkap mantan Dirut PLN.

Kecintaannya pada dunia energi dan kelistrikan yang ia perlihatkan ketika menjadi orang nomor satu di PLN, kini pun tampak pada usahanya membangun kemandirian energi listrik berbasis biomassa dari tanaman kaliandra merah. Tanaman ini sengaja dipilih oleh Pak Dahlan karena memiliki kandungan energi yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang ada, energi yang dihasilkan tanaman kaliandara merah mencapai 4,700 Kkal/kg dan arangnya mampu menghasilkan energi 7,200 Kkal/kg. Energi tersebut tidak kalah dengan hasil pembakaran batu bara yang berkisar 3,700-5,000 Kkal/kg. Lebih lanjut, menurutnya kaliandra merah seluas 200 Ha akan mampu menghasilkan energi listrik sebesar 2 MW.

Sebagai tanaman energi, kaliandra merah sudah bisa dipanen mulai umur satu tahun selepas penanaman. Dan akan tetap bisa dipanen hingga usia 20 tahun tanpa menanamnya kembali.
Selain karena hasil energinya, tanaman kaliandra sengaja dipilih oleh Mantan Mantan Menteri BUMN tersebut karena memiliki sifat yang mudah tumbuh di berbagai tempat baik dataran rendah maupun tinggi. Kemapuan akarnya yang bagus dalam mengikat Nitrogen menjadikannya tanaman dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi meskipun dengan kondisi tanah miskin unsur hara, seperti lahan bekas pertambangan atau lahan marginal lainnya.

Tanaman ini juga tidak memerlukan perlakuan yang khusus dan sulit baik pada saat pembenihan, penanaman dan pemeliharannya. Lebih lanjut, tanaman berbunga merah indah ini juga memiliki  potensi ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat. Bunga kaliandra merah merupakan salah satu sumber nektar favorit lebah madu. Masyarakat yang menanam kaliandra merah juga dapat beternak lebah madu. Hasilnya berupa madu kalindra, biasa kita menyebutnya, harganya sudah cukup tinggi di pasaran. Saat ini harga madu kaliandra bisa mencapai Rp. 120,000 per botolnya nya. Dengan demikian, akan tercipta suatu multiple benefit dari menanam kaliandra merah. Selain tujuan utamanya sebagai kayu energi, keberadaannya akan menyuburkan tanah dan memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat dari manisnya madu kaliandra.

Usaha yang saat ini digeluti Dahlan Iskan juga tidak semua berjalan semulus yang direncanakan. Memang setiap pekerjaan besar, pasti ada tantangan besar yang menghadang. Dia sempat mengalami kegagalan dalam penanaman Kaliandra Merah di Tambora karena beberapa kendala, tetapi hal itu tidak membuatnya patah arang dan berhenti untuk terus mencoba. Gagasan besar akan terwujudnya kemandirian energi bersumber dari kaliandra merah dilakukannya secara mandiri. Ketika saya tanyakan, mengapa tidak mengajak para investor besar untuk bekerjasama? "Sebenarnya sudah banyak para investor yang tertarik bekerjsama untuk menjadikannya bisnis profit yang berskala besar. Tetapi saya ingin ini tetap menjadi sosiopreneur dan saya ingin membuktikan terlebih dahulu bahwa usaha mandiri ini benar-benar berhasil" tegasnya.

Karena aku pernah memiliki sedikit pengalaman terkait kayu energi, aku sampaikan bahwa ada jenis tanaman selain kaliandra merah yang bisa digunakan untuk sumber energi. Tanaman ini banyak tumbuh di kawasan lereng Gunung Merapi dan termasuk salah satu jenis tanaman perintis. Ketika erupsi Gunung Merapi 2010, tanaman jenis ini sempat habis terbakar, tetapi selang beberapa bulan, datangnya musim hujan memberikan berkah pada tanaman ini untuk muncul kembali dan tumbuh dengan lebih subur. Masyarakat di sekitar Gunung Merapi banyak memanfaatkannya sebagai bahan baku arang. Kualitas arangnya cukup baik sehingga banyak pengusahan gudeg di Jogja memanfaaatkannya sebagai bahan bakar. Pak Dahlan terlihat tertarik dengan jenis tanaman ini. Aku sampaikan, “Silahkan kapan Bapak ada waktu ke Jogja lagi saya antar melihat tanamannya dan proses pembuatan arangnya”, ajakku. "Ok Mas Anton, no HP nya berapa ya biar saya simpan", balasnya sambil mengeluarkan Hp dari tas di bawah kursi pesawat.

Tidak lama kemudian terdengan suara pilot yang menginformasikan bahwa pesawat bersiap untuk mendarat. Kamipun turun dari pesawat dan tetap masih asyik mengobrol. Pak Dahlan tampak sangat welcome dan bersikap hangat terhadap semua orang yang ditemuinya. Bahkan ada kejadian unik yang aku amati ketika kami naik bus transit selepas turun dari pesawat menuju terminal. Ada salah satu penumpang yang berdiri di dekat Pak Dahlan. Karena tidak mendapatkan pegangan ketika bus sudah mulai berjalan, dengan ramah Pak Dahlan menawarkan orang tersebut untuk berpegangan pada tangannya. Dan akhirnya mulai dari bus berjalan hingga berhenti di terminal kedatangan, orang tersebut terus menggandeng tangan Pak Dahlan.
Kiriman foto dari Pak Dahlan Iskan

Tidak hanya itu, beberapa kali para penumpang dan petugas bandara juga mengajaknya untuk berfoto bersama. Dan sepanjang perjalanan higga pintu keluar banyak orang yang menyapanya dengan senyum lebar dan rasa hormat. Kamipun bersiap untuk berpisah, sambil berjabat tangan aku sampaikan, "Pak Dahlan, inilah perbedaan antara pejabat dan orang besar. Seorang pejabat mungkin tidak lagi dihormati dan disanjung selepas jabatannya hilang. Akan tetapi orang besar seperti Bapak, akan selamanya dihormati!”

Dan akhirnya kamipun berpisah, tidak lama kemudian HP ku berbunyi, ada SMS masuk dan ternyata dari Pak Dahlan. Berselang sebentar, masuk juga kiriman gambar di WA dari Pak Dahlan berupa foto selfie bersama hasil jepretan kameranya.
SMS dari Pak Dahlan Iskan
 
Itulah Pak Dahlan Iskan, yang tidak pernah berhenti untuk “berulah” demi cita-citanya untuk menghadirkan cahaya penghapus kegelapan.

 Surabaya, 8 Oktober 2015.

9 komentar:

  1. So sweet banget๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜

    BalasHapus
  2. Mantap mas.
    salam kenal, adike sampean di angkatan 7 orang dorm :D

    BalasHapus
  3. Terimakasih untuk comment kawan2 semua, semoga bisa menjadi salah satu bahan bacaan yg fresh dan positive.

    BalasHapus
  4. Mimpi Pak Dahlan sama seperti mimpi saya, mas :) Tapi saya hanya baru bisa mengonsepnya dalam karya tulis :)

    BalasHapus
  5. Dian, "mimpi adalah kunci unt menaklukkan dunia", begitulah awal dr sebuah pencapaian di masa depan. Tetap lanjutakan dan bersemangatlah...

    BalasHapus
  6. mas ijin mem-post tulisannya di mading kampus mas...

    BalasHapus