Salam BUMI, Pasti LESTARI

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(Asy Syu'araa' :7)

Selasa, 15 September 2009

PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP LINGKUNGAN

A. PENDAHULUAN
Bencana terus saja melanda setiap daerah di belahan bumi ini. Dari ujung utara hingga ujung selatan tak lepas dari cengkraman bencana. Isu yang paling santer saat ini adalah adanya pemanasan global. Dahulu tidak banyak Negara yang peduli terhadap isu ini, tetapi sekarang hampir semua Negara terlibat didalam usaha penanganan masalah ini. Keseragaman sikap diakibatkan adanya kesamaan nasib dimana semua Negara mengalami dampak negatifnya. Banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan hanyalah sebagian kecil dari dampak yang ditimbulkan. Dahulu kita boleh berbangga dengan luas hutan kita yang melimpah, kurang lebih 140,28 juta hektar pada tahun 80-an (Departemen Kehutanan). Dan sekarang mengalami degradasi sebesar 2% tiap tahun. Dengan banyaknya penebangan liar di hutan Kalimantan dan Sumatera telah menjadikan negeri ini kehilangan hutan seluas enam kali lapangan sepak bola setiap menitnya. Tidak dapat diperkirakan kerugian yang ditimbulkan ketika hutan kita suatu saat nanti akan musnah. Kehidupan binatang dan tumbuhan yang juga memiliki hak untuk hidup rasanya semakin lama tidak akan diakui haknya. Itu baru dari sector kehutanan. Dari sector lain lebih dasyat pengaruhnya. Coba kita lihat sekarang ini, hampir semua Negara berorientasi pada sector industri. Indonesia yang terkenal dengan julukan Negara agraris juga ikut-ikutan berkiblat pada industri. Seolah lupa dengan jati diri yang dimilikinya. Akibatnya apa? Alam tereksploitasi dengan hebatnya. Belum lagi dari sector industri akan menghasilkan gas buang berupa gas rumah kaca yang saat ini telah mencapai surplus di angkasa. Atmosfer, harusnya terdapat ozon yang berperan layaknya selimut bagi bumi kita semakin tipis saja. Layaknya kita yang berada pada daerah yang dingin tentu saja memerlukan selimut yang tebal untuk menghatkan badan. Begitu juga bumi, untuk melindungi segala mahluk yang ada didalamnya diperlukan lapisan ozon tebal. Lapisan ini akan melindungi dari bahaya sinar ultraviolet yang sifatnya sangat berbahaya. Sinar ini apabila berlebihan di bumi akan menyebabkan banyak gangguan kesehatan bagi manusia. Kanker kulit merupakan salah satu diantaranya. Manusia yang sudah terjangkit penyakit ini akan sulit untuk disembuhkan. Belum lagi dengan banyaknya gas rumah kaca di atmosfer kita. Udara menjadi sangat panas karena gas ini pada prinsipnya menyerupai kaca yang meloloskan cahaya matahari masuk tetapi tidak akan meloloskan cahaya atau sumber lain yang berasal dari bumi. Udara sangat panas telah menimbulkan kerugian besar. Musim yang tidak dapat diprediksikan lagi, banyak tanaman mati dan yang paling menakutkan adalah melelehnya es di kutub. Ini akan menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Pada akhirnya daratan akan tergelam. Kejadian tersebut sudah dapat dilihat sekarang. Berapa banyak pulau-pulau yang telah tenggelam dan berapa banyak mahluk hidup yang musnah? Pada akhirnya apakah ini akhir dari dunia? Dimana lagi manusia akan hidup? Di planet lainkah? Dan apakah ada planet yang dapat kita jadikan bumi yang kedua?
Sederetan pertanyaan itu merupakan ekspresi kekesalan dan rasa ketakutan dari manusia yang saat ini menjadi pihak paling bertanggung jawab akan kerusakan alam ini. Bagaimana kemudian persepektif Islam terhadap lingkungan ? Bukankan umat Islam jumlahnya paling banyak di dunia? Solusi apa yang paling tepat menurut agama yang umatnya seharusnya memikirkan Islam sebagai rahmatal lil’aalamiin (rahmat bagi seluruh alam semesta).

B. PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP LINGKUNGAN
Manusia adalah mahluk yang paling sempurna, dibekali akal pikiran oleh Allah SWT. Akal pikiran itu seharusnya dijadikan alat untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Akan tetapi, kenyataannya manusia justru menggunakan akal untuk memenuhi nafsu serakahnya. Manusia adalah seorang pemimpin (khalifah) di bumi ini, dan sudah sepantasnya seorang pemimpin menjadi pelindung bagi yang dipimpin, yaitu mahluk Allah lain penghuni bumi ini. Dalam Al Quran telah dijelaskan tidak ada mahluk-Nya yang mampu mengemban amanah sebagai pemimpin selain manusia. Sering manusia menyalahkan Allah saat ditimpa musibah. Seolah-olah musibah datang karena kemurkaan Allah. Lewat tangan manusia alam ini mengalami kehancuran. Semuanya nantinya mengarah kepada kepunahan masal (mass extinct) ke enam yang diperkirakan akan melanda dunia ini. Kepunahan masal ini berbeda dari kepunahan-kepunahan sebelumnya, dimana obyek yang terkena dampaknya lebih banyak, prosesnya lebih cepat dan dikarenakan ulah manusia. Dahulu kita sering mendengar cerita adanya dinosaurus yang hidup pada zaman purba kemudian musnah karena hujan meteor sedangkan sebentar lagi kita akan melihat kerusakan bumi akibat ulah manusia. “Manusia baru sadar kalau uang tidak dapat dimakan setelah pohon-pohon habis ditebang dan ikan-ikan habis ditangkap” Ungkapan itu menggambarkan kondisi betapa rakusnya manusia untuk mencukupi kebutuhan perutnya. Manusia yang melakukan pengrusakan ternyata juga ber KTP islam. Lalu bagiamana, siapa yang salah? Apa Islam mengajarkan untuk merusak alam ini? Tentu saja tidak. Kesalahan orang yang mengaku Islam berada pada pemahaman yang salah terhadap agama Islam itu sendiri. Islam hanya dianggap sebagai suatu yang mengatur tata cara beribadah secara formal. Konsep syumul dalam Islam belum dipahami. Itulah yang membedakan Islam dengan agama lain. Dalam Islam semua diatur, mulai kita bangun tidur sampai tidur kembali. Tidak terkecuali mengenai lingkungan. Persepektif Islam terhadap lingkungan terangkum dengan benar dalam kumpulan firman-Nya di dalam Al Quranul Karim. Di dalamnya Islam sangat menekankan terhadap pelestarian lingkungan. Ayat yang menunjukan bahwa manusia boleh memanfaatkan alam bukan berarti manusia harus mengeksploitasi. Berikut ini merupakan sikap ramah lingkungan yang diajarkan Allah kepada manusia:
1. Manusia harus mengolah lingkungan dengan prinsip kelestarian
Perhatikan Ar Ruum ayat 9:
Artinya : Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.
Pada ayat itu sudah jelas Allah melarang manusia untuk melakukan eksploitasi terhadap alam. Alam mempunyai kemampuan untuk memperbaharui apa yang ada di dalamnya, dan itu memerlukan waktu. Sebagai contohnya adalah minyak bumi. Saat ini ketersediaan minyak bumi memang sangat melimpah, tetapi minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak renewable sehingga untuk menghasilkan minyak bumi lagi membutuhkan waktu ratusan bahkan jutaan tahun lagi. Dalam ayat itu kita diajarkan untuk mengolah sumber daya alam dengan bijak dan mengingat generasi yang akan datang. Generasi berikutnyalah yang akan merasakan akibat dari generasi sebelumnya. Kalau generasi lama bersedia untuk tidak bersikap egois, dapat dipastikan generasi baru, bisa jadi anak atau cucunya masih dapat menikmatinya.
Manusia sebagai mahluk social pasti membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk makan, minum, pakaian dan tempat tinggal manusia menggantungkan pada alam. Sudah sepatutnya terjalin suatu hubungan timbal balik yang harmonis dimana manusia mendapatkan kebutuhannya dan manusia juga memberikan kasih sayangya kepada alam sekitarnya. Dalam konsep Etika Lingkungan kita diajarkan untuk selalu bersikap hormat terhadap alam karena alam adalah bagian dalam hidup kita. Dengan kita tidak mengolah lingkungan dengan lestari itu sama saja kita menghancurkan hidup kita sendiri. Setelah kita mengolahnya kita diajarkan untuk memakmurkannya, dalam artian menjaganya. Cara untuk memakmurkannya dapat kita mulai dari lingkungan keluarga kita. Ingatlah sebelum membangun masyarakat kita diharuskan untuk membangun keluarga. Muslim yang tangguh adalah mereka yang mau peduli terhadap lingkungannya. Dalam sebuah Hadits disebutkan :”Tiga hal yang menjernihkan pandangan, yaitu menyaksikan pandangan pada yang hijau lagi asri, dan pada air yang mengalir serta pada wajah yang rupawan (HR. Ahmad)
Hadits tersebut menjelaskan kepada kita usaha apa yang dapat kita lakukan untuk membuat lingkungan sekitar menjadi lebih baik. Menanam pohon adalah salah satu solusinya. Pohon merupakan ciptaan Allah yang sangat luar biasa. Di dalamnya terkandung banyak manfaat bagi manusia. Seluruh strukturnya, mulai dari ujung daun sampai ujung akar merupakan sebuah system yang kompleks dan penuh keajaiban. Dalam satu sel saja terdapat banyak komponen yang mendukung system kehidupannya. Tidak dapat dibayangkan kehidupan manusia tanpa adanya oksigen yang diproduksi oleh tumbuhan. Tumbuhanlah yang mampu mendaur ulang gas beracun seperti karbon dioksida menjadi oksigen yang sangat menyegarkan. Dengan menanam pohon berarti kita ada harapan besar untuk lebih bertahan hidup. Kedua, bagaimana kita membuat air mengalir dengan kejernihannya. Air yang tersumbat hanya akan menjadi sumber penyakit bagi manusia. Air sebagai sumber kehidupan manusia. Sekitar 95% tubuh manusia manusia berupa cairan. Orang mungkin dapat bertahan hidup dengan tidak makan, tetapi akan sulit bahkan dipastikan gagal apabila tidak minum selama 2 hari. Dengan mengolah air berarti kita mengelola tubuh kita sendiri.
2. Manusia tidak boleh berbuat kerusakan terhadap alam
Di dalam surat Ar Ruum ayat 41 Allah SWT memperingatkan bahwa terjadinya kerusakan di darat dan di laut akibat ulah manusia.

Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Dalam ayat tersebut dijelaskan bagaimana manusia sering melakukan kerusakan terhadap alam semesta, baik di laut maupun di darat. Kerusakan yang terjadi telah membuat kesusahan bagi manusia sendiri sebagai bentuk dari peringatan Allah terhadap hambanya yang lalai. Lalai akan perannya sebagai khalifah di bumi. Orang kepercayaan Allah untuk menyempurnakan penciptaan lingkungan berupa pengaktualisasikan diri untuk mendukung dan menjadi mitra kerja Allah untuk menjaga dunia dari kerusakan. Ibarat tukang pembuat mesin jahit, Allahlah yang membuat mesinnya sedangkan manusia yang meneruskan untuk mendayagunakan agar bermanfaat untuk mejahit baju bagi diri sendiri atau menjahitkan baju untuk orang lain.
Serta surat Al Qashash ayat 77 menjelaskan sebagai berikut :

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Sama dengan ayat sebelumnya, ayat ini melarang manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Dengan tidak melakukan kerusakan di muka bumi berarti manusia telah menjaga kenikmatan dunia dan akhirat. Kenikmatan dunia dirasakan bagi manusia yang merasakan hal positif dari hasil penjagaan alam lingkungan. Selain itu, dengan menjaga lingkungan dan membuat orang laing merasakan kebahagiaan berarti kita telah menorehkan suatu pahala. Pahala yang akan kita petik saat menghadap sang pencipta.
3. Manusia harus bersikap ramah terhadap lingkungan
Di dalam Surat Huud ayat 117, Allah SWT berfirman :
Artinya : Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa setiap saat azab Allah akan datang pada negeri yang di dalamnya terdapat orang-orang yang banyak berbuat maksiat. Untuk itu sudah menjadi tugas kita dimana kita berada untuk selalu saling mengingatkan dalam kebaikan agar terhindar dari azab Allah. Tidak cukup hanya mengingatkan, perlu juga aksi yang nyata berupa sikap yang ramah terhadap lingkungan. Keramahan dapat diartikan sebagai sikap peduli dan sayang terhadap lingkungan. Dengan kepedulian kita akan membuat alam sekitar lebih bermanfaat bagi diri kita.
Suatu kisah yang dapat memberikan ilustrasi betapa mulianya orang yang menjaga lingkungannya. Ketika seorang penghuni surga ditanya “Apa yang membuatmu dapat menjadi ahli surga?” Ahli surga tadi menjawab”Aku menanam satu pohon, kemudian aku menyiram dan merawat dengan penuh kesabaran dan keiklasan sehingga tumbuh menjadi pohon yang besar dan subur”. Di dalam hadits Nabi “Tidak seorang muslim yang menanam tanaman atau menyemaikan tumbuh-tumbuhan, kemudian buah atau hasilnya dimakan manusia atau burung, melainkan yang demikian itu adalah shodaqoh baginya”. Pohon besar dan subur tadi selalu menjadi tempat berteduh orang yang melepas kelelahan. Manusia dan burung ia biarkan untuk memakan buahnya. Ia lakukan semua itu hingga ajal menjemputnya. Dan ia di akhirat selalu mendapatkan kiriman amal kebaikan dari pohon yang selalu diambil buahnya untuk makan manusia dan burung. Sungguh suatu investasi yang luar biasa. Itulah perdagangan yang paling menguntungkan dengan Allah. Tidak ada kerugian bagi kita untuk selalu menjaga alam sekitarnya.
Selain itu, Islam juga memberikan solusi yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga lingkungan. Solusi tersebut adalah dengan pengontrolan terhadap dua konsep, halal dan haram. Halal berarti sesuatu yang menguntungkan bagi individu, masyarakat dan juga lingkungannya. Sedangkan haram berarti kebalikannya, yaitu sesuatu yang merugikan bagi individu, masyarakat dan juga lingkungannya. Perlu adanya kejelasan terhadap tindakan yang diambil apakah itu tergolong perbuatan yang merugikan orang lain atau bermanfaat bagi orang lain.
C. PENUTUP
Semua uraian itu sudah cukup menggambarkan bahwa manusia mempunyai tugas mulia untuk mengelola alam ini. Manusia telah sanggup untuk menerima amanah sebagai khalifah di muka bumi. Setiap amanah pasti akan dimintai pertanggungjawabannya. Kelak di akhirat manusia akan menerima setiap hasil dari perbuatannya di dunia, termasuk bagaimana sikap kita terhadap lingkungan. Selain itu sudah jelas pula bahwa Islam sebagai agama yang sempurna. Semua aspek di dalam hidup ini tidak lepas dari hukum-hukumnya. Lingkungan ini pun diatur menurut hukumnya dan hukum Islam adalah jelas bahwa Islam mengharuskan pengikutya untuk mengolah lingkungan tanpa meninggalkan aspek pelestariannya. Melestarikan agar tetap dapat digunakan untuk generasi yang akan datang. Karena Allah telah dengan tegas dalam Surat Ar Ra’d ayat 11memberikan perintah :

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Selain ayat tersebut Allah SWT juga memperintahkan manusia untuk selalu mengambil pelajaran dari setiap kejadian di alam ini baik yang berupa kebaikan maupun suatu bencana. Telah ditegaskan dalam surat Al-Hasyr ayat 2 :

”Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan”
Kita harus selalu mempunyai sikap untuk berperan aktif di dalam usaha pelestarian lingkungan yang dapat kita mulai dari diri kita sendiri baru kemudian akan merambah ke keluarga, masyarakat, dan terakhir bagi bangsa kita tercinta ini.
* Mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM
Divisi Aksi KAMMI UGM

D. DAFTAR PUSTAKA.
Abdillah, M. 2005. Fikih Lingkungan. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Anonim.2007.Ramah Lingkungan Dalam Pandangan Islam.
Maksun. Membangun Agama Ramah Lingkungan.Semarang
Gani Isa, Abd.2007. Kontribusi Alquran terhadap Lingkungan
http://muhammadmawhiburrahman.blogspot.com/2007/05/menggagas-fikih- lingkungan.html Muhammad Mawhiburrahman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar