Salam BUMI, Pasti LESTARI

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(Asy Syu'araa' :7)

Selasa, 15 September 2009

Tragis, Harimau Sumatera Dikuliti di Kandang Sendiri

Peristiwa tragis kembali terjadi pada salah satu hewan langka di Indonesia. Harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae) betina dibunuh. Spesies langka ini hanya tersisa 500 ekor di Indonesia. Dan tragisnya lagi, harimau ini dibunuh tidak di hutan melainkan di kebun binatang. Lebih tepatnya di Kebun Binatang Taman Rimba Jambi. Tempat yang seyogyanya menjadi lokasi perlindungan baginya kini sudah tidak aman lagi. Harimau betina berumur 25 tahun itu pada Sabtu malam (22 Agustus 2009) disatroni para manusia tidak bertanggungjawab. Di lokasi kejadian hanya tersisa isi perut, bercak darah dan beberapa bagian daging yang tidak sempat dibawa oleh pencuri. Begitu keji sekaligus nekat tindakan yang dilakukan dimana harimau yang terkenal buas kini kalah buas oleh kerakusan manusia demi segepok rupiah. Bagian yang menjadi incaran dari Harimau Sumetera adalah kulitnya yang langka. Di pasar gelap internasional, satu kulit harimau dapat laku 6-7 juta rupiah. Tentunya ini membuat manusia yang tidak bertanggungjawab sangat tergiur untuk mendapatkannya.
Kejadian ini membuat kita semua naik pitam, dimana Harimau Sumatera dikuliti di kandangnya sendiri. Sungguh mengherankan. Banyak pihak mulai dari pengelola kebun binatang, Balai PHKA dan juga kepolisian yang mulai saling tuding akan tragedi tersebut. Hingga sekarang tidak ada satupun pihak yang merasa bertanggungjawab atas hal tersebut. Ada hal yang sekiranya dapat kita cermati dari kejadian tersebut. Apakah kejadian tersebut dilakukan oleh orang yang profesional karena dapat membunuh sekaligus menguliti dalam waktu singkat dan tanpa merusak pagar kandang ataukah sebenarnya ada pihak dalam (pengelola kebun binatang) yang terlibat dalam tindakan kebutralan tersebut?
Pengelola kebun binatang adalah pihak yang paling lantang meneriakkan kalau kejadian tersebut dilakukan oleh pencuri yang profesional. Alasan yang dikemukakan karena tidak ada satupun petugas yang melihat kejadian tersebut dan tidak ada satupun bagian dari kandang kebun binatang yang mengalami kerusakan. Sikap pengelola kebun binatang hingga kini juga belum menunjukkan rasa bersalah akan kejadian tersebut. Justru kemungkinan kedua yang lebih dominan muncul ke permukaan. Seolah ada orang dalam yang bersekongkol untuk melakukan kebutralan tersebut. Bagaimana tidak, kebun binatang yang seharusnya mempunyai standar pengamanan khusus untuk satwa langka bisa kecolongan tanpa ada satupun petugas yang mengetahuinya. Bukan hanya sekedar membius dan membawanya keluar dari kandang, tetapi para pencuri juga sempat menguliti binatang yang terkenal akan kebuasannya. Seprofesional apapun para pencuri tersebut tentunya tidak mudah untuk menguliti harimau dimalam hari. Perlu waktu yang cukup dan peralatan yang memadai untuk melaksanakan semua proses tersebut. Apalagi dalam kebun binatang biasanya memiliki penjagaan dan tidak mudah untuk keluar masuk lokasi tersebut. Bila benar ini ada sangkut pahutnya dengan pihak dalam tentunya sangat memprihatinkan. Akan sangat sulit untuk menemukan tempat yang benar-benar aman bagi satwa langka. Semoga ini bisa menjadi sebuah cambukan keras bagi para pihak yang bertanggungjawab terkait kejadian tersebut. Perlu segera dicari sebuah solusi bersama untuk melindungi satwa langka di Indonesia. Sebuah pemecahan atas permasalahan yang kian lama kina menjadi permasalahan akut negeri ini. Perlu ada pembenahan sistem pengelolaan kebun binatang. Kebun-kebun binatang yang terpercayalah yang berhak untuk merawat satwa-satwa langka yang hampir punah. Kebun binatang ini tentunya memiliki standarisasi yang ketat dan telah mendapatkan sertifikat layak dari pemerintah. Selain itu, ada hal penting lainnya, yakni pembenahan tenaga pengelola kebun binatang. Selam ini yang terjadi para pengeloa kebun binatan. Pengelola kebun binatang kurang mendapakan kesejahteraan dan perhatian yang cukup dari pihak terkait sehingga besar kemungkinan akan muncul tindakan-tindakan kotor untuk menambah tebal kantongnya. Dan terakhir, dari sistem perekrutan tenaga di kebun binatang tentunya harus melewati prosedur yang jelas. Sehingga didapatkan tenaga kerja yang memang bisa diandalkan dan dapt dipercaya. Perhatian serius haruslah dilakukan oleh pemerintah sebagai pihak paling bertanggung jawab atas permasalahan ini. Jumlah satwa langka yang semakin habis akan menimbulkan ketidakstabilan pada ekosistem setempat. Rantai makanan yang sehrausnya dapat berjalan secara harmonis dan seimbang akhirnya terganggu apabila salah satu komponen hilang dari ekosistem. Seperti Harimau Sumatera ini. Di alam posisisnya merupakan konsumen tertinggi, dimana kehadirannya akan sangat berpengaruh. Akan tetapi, kembali ke permaslahan awal saat manusia sudah rakus akan nafsu harta maka semua itu sudah dilupakannya. Apa yang ada dipikirannya hanyalah bagaimana caranya memenuhi isi perutnya. Tidak lebih dari itu. Tugas dan kewajiban kitalah untuk saling menjaga dan bekerjasama. Apapun usaha kita harapannya semua pihak saling mendukung dan menghindari saling lempar tanggung jawab. Jangan kita biarkan kepunahan satwa terjadi di depan mata kita. Kelak, anak cucu kita hanya dapat melihat Harimau Sumatera lewat gambar. Keselamat mereka ada di tangan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar